World Clock

ANTI Smash vs Smash Blast






“Kak.!! Ayo cepetan.!”, teriak seorang anak laki-laki di lantai bawah.
“Huh..!! Kakak tu selalu aja lelet.!”
“Sabar.. Gitu-gitukan dia kakak kamu.”
“Ia, oma. Tapi kan nanti aku bisa telat. Belum juga nganterin makanan itu ke tetangga.”, keluhnya lagi.

“Hai.. adekku sayang. Udah siap..? Kakak uda siap dari tadi lho. Hehehehe”
“Ih..kakak nih.!! Cepetan.! awas kalau nanti aku sampek telat, aku gak mau dianterin kakak lagi.!”
“Ia..ia adekku sayang. Tapi, kakak sarapan dulu ia.”, goda gua dan menjulurkan lidah.
“Oma...!!”, teriak anak laki-laki itu merengek ke omanya.
“Zahra. Jangan kamu goda adikmu ini. Cepetan berangkat. Ini, jangan lupa dianterin ke Bu Nini ya.”, kata Oma seraya menyerahkan kotak makanan kepada mereka.
“Hehehehe, ia Oma. Zi, Berangkat dulu. Assalamu alaikum”
Ini gua, Zahra. Panggil gua Zi. Gua adalah siswi dari SMAN 1 Blitar. Kota kecil di Jawa Timur. Disini gua gak punya orang tua. Ortu gua udah meninggal 4 tahun yang lalu, saat gua masih kelas 3 SMP. Keburuntungan gua, gua ketemu sama seorang nenek yang baik hati. Namanya Oma Sri. Beliau enggak ngadopsi gua. Cuma, Beliau nerima gua di kosannya. Tempat dimana gua tinggal sekarang. Gua anak tunggal, gak punya adek gak punya kakak. Yang tadi tu, namanya Zaki. Dia cucu Oma, yang gua anggap sebagai adek gua. Jadi gua panggil dia adek. Rutinitas gua, setiap pagi gua harus nganterin catering Oma ke rumah tetangga, itung-itung sebagai ganti budi baek Oma yang mau nampung gua.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

“Nanti aku pulang sendiri aja Kak.”, kata Zaki setelah sampai disekolahnya.
“Beneran pulang sendiri? Kamu berani gak?”, tanyaku
“Ia beranilah Kak. Zakikan cowok.! Udah kelas 2 SMP lagi. Gua pasti berani.”,
“Oklah kalau gitu. Nanti hati-hati ya.”
Setelah gua nganterin Zaki, gua berangkat ke sekolah gua sendiri. Nyampek sana gua udah disambut sama temen-temen gua yang laen. Kita semua langsung nimbrung di dalem kelas.
“Loe udah tau kabar belum?”, tanya Icha, temen gua
“Kabar apa?”, tanya gua
“Ya kabar tentang.....”
“Kita ikut kompetisi itukan, berarti mulai malam ini kita harus mulai latihan.”, potong Tyo yang lewat di depan kami
“Sip.. Gua setuju. Kita buktiin aja. Kalau kita bisa menangin dance competion ini.”, jawab Vera, teman mereka.
“Dan kita tunjukin kalau kita bisa ngalahain para SB yang bodoh-bodoh itu.!!”, kata Tyo melirik tajam ke gua dan teman-temanku.
BRRAAKKK!!! “Maksud loe apaan.?!!”, bentakku dan memukul daun meja.
“kenapa..? Loe kesindir ?”
“Loe tadi bilang SB-SB apaan tu. Ditambahin bodoh lagi.!! Gua gak terima.! Gua bukan SB yang bodoh.!!”
“Oya...? Trus napa..? Gua kan gak bilang kalau itu loe. Napa loe marah..?! Emh..Atau jangan jangan loe emang SB yang bodoh ia.?! Hahahaha. SB bodoh!!”, ejek Tyo lagi. Tyo, dia emang ANTIS di sekolah gua. Bisa dibilang dia leader dari ANTIS-ANTIS di sekolah gua. Tu anak sewot banget, usilnya minta ampun, keras kepala lagi. Karena itu gua gak pernah suka sama dia.
“Zi, udahlah. Gak usah ladenin tu ANTIS.”, cegah Icha.
“Setidaknya gua gak gila kayak ANTIS-ANTIS murahan tu!!”
“Apa loe bilang..?!!”, bentak Tyo yang mulai menghampiri gua.
“Gila kayak ANTIS-ANTIS murahan!!”, jawab gua enteng menatap matanya yang persis di depan muka gua.
“Loe!!!!”, , Tyo mulai marah dan mengarahakan genggaman tangannya ke gua.
“Ehem..”, tiba-tiba suara cowok menghentikan ayunan tangan Tyo. Kami berdua melihat ke arah cowok itu. Tepat di depan kami berdua, berdiri seorang cowok gagah dengan tinggi 175 cm, badan atletis, dan mata tajam yang memelototi Tyo. Setelah melihat siapa cowok itu, Tyo tercengang. Lalu, ia pun langsung pergi.
“Loe, Zi. Ini masih pagi, tapi Loe udah buat ribut.”, kata cowok gagah tadi. Ridho, itu namanya. Anak ini emang atletis banget, dia jago tinju. Tapi, dia cinta damai. Gak suka berantem, kecuali dia gak bisa nahan emosinya. Dia bukan Smash Blast, tapi dia juga bukan ANTIS. Dia netral. Gua gak benci karena itu. Gua hargain dia.
“Tyo yang mulai duluan.”, ucap gua sewot.
“Udahlah Zi. ANTIS tu gak usah ditanggepin. Loe sendiri kan yang bilang.”, kata Dika.
“Ia deh.. Hufht.. Gua udah tenang. Bdw, loe tadi mau bilang apa Cha..?”
“Ya itu tadi. Tentang dance competion. Ada dance competion se Indonesia. Seleksinya dimulai dari kota dulu, trus perprovinsi, finalnya se Indonesia.”
“Hadiahnya menarik Zi. Hadiahnya itu per member dapet uang 2 juta. Bagus gak tu..? 2 juta..!!”, sambung Eka.
“Di tambah, pemenangnya bakal dilibatin dalam pembuatan single barunya Agnes.”, sahut Rio
“Trus..?”, tanya gua
“Kita ikut gak..? Kita tahu kalau loe harus dapat ijin dari oma loe dulu”, kata Lia.
“o iya. Gua hampir lupa. Masalah oma gua. Gua bisa ngomong ke beliau. Tapi, kalau gua gak boleh. Kalian harus tetep maju. Tetep ikut.”
“Lho, tapikan..”
“em..em..!! Gak ada tapi. Kalian harus tetep ikut.”, tegas gua
“Gak Zi. Kita gak bisa. Bagi kita you are the key. Loe yang biasa ngatur kita. Tanpa loe, kita gak bisa apa-apa. Pokok, kita ikut, kalau loe ikut.”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

OK SB!!! Gimana ni dengan semua info yang udah admin Z kasih
Memuaskan kan? Up to date kan?
Ehm..udah 2 jam ni admin Z nemenin para SB semuanya, jadi
My time to off
CU soon... :)
*zi..tanubrata*

“Zi.. cepet turun!! Udah mulai ni.”
“Ia bang!! Zi turun.”
Gua menuju lantai bawah dengan tergesa-gesa. Nyampek disana gua langsung disuruh duduk. “Loe lama banget sih Zi. Abangkan udah ketakutan dari tadi.”
“Ah abang, baru aja mulai udah ketakutan. Huuuu!!”
Ini dia abang gua. Namanya abang Jo. Lengkapnya Jono Hadiningrat Bramantyo kusumo. Dia kuliah, usianya 20 tahun. Ini orang suka banget nonton film horor, kayak sekarang. Padahal dia tu suka ketakutan lihat film horor tapi tetep aja di liat. Malam ini ada film Hantu Datang Bulan. Filmnya nyeremin, tapi jijik juga. Ada “gituannya” sih. Gua udah biasa diajak sama bang Jo buat liat film-film horor ginian. Katanya, biar nglatih gua biar gak takut sama film-film gini. Padahal dia ndiri yang takut. Malah dulu pernah dia nuduh gua yang teriak-teriak gara ketakutan, padahal nyatanya dia yang teriak-teriak histeris. 1 jam kita udah liat film itu, masih belum selesai. Bang Jo, udah keringat dingin karena saking ketakutannya. Sampek-sampek dia dimarahin sama Oma karena teriakannya kenceng banget.
“Loe udah bilang Oma belum Zi..?”, tanya Bang Jo waktu iklan.
“Bilang apa Bang.?”
“Tentang dance competition itu lho. Katanya loe mau ikut.”
“Oia ya.. Gua bingung Bang. Gimana harus bilangnya, Gua juga takut kalau Oma malah marah sama Zi.”
“Udahlah..Loe coba aja dulu.”
“Ehemm. Mau bilang apa Zi..?”, tanya Oma yang ternyata mendengar pembicaraan itu
“Enggak kok Oma. Hehehehe”, kata gua berbohong.
Bang Jo yang mendengar gua berbohong langsung memelototi gua. Dan mengisyaratkan biar gua terus terang ke Oma. Oma yang melihat gua sama Bang Jo bertingkah aneh langsung menegur kita.
“Emh.. Oma. Boleh gak Zi ikut dance competiton?”, tanya gua hati-hati
“Apa....? Dance competition?”
“Ia Oma. Kalau gak boleh gak apa kok”
Gua mulai menatap Oma memohon, membuat raut muka sesedih mungkin agar Oma mengijinkanku. :p “Kapan sih Oma gak dukung kamu Zi..”, jawab Oma tersenyum
“Jadi Oma....? Aku boleh ikut...?”, kataku sedikit teriak karena senangnya.
“Ia Zahra. Kamu boleh ikut.”
Aku langsung memeluk Oma mendengar itu. Oma yang kupeluk hanya tertawa saja. Tapi tiba-tiba .. AAAAA!!! Bang Jo teriak sekeras-kerasnya karena ia terkejut melihat hantu yang tiba-tiba muncul di film itu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

“Loe beneran di bolehin ikut Zi..?”, tanya Vika gak percaya
“Ia Vika...Gua beneran dibolehin sama Oma gua. Jadi kita semua bisa ikut deh...”
“Baguslah kalau gitu. Mulai malem ini kita semua mulai latihan. Gimana...?”, tanya Eka ke semua member
“OK..!!!”
Malam harinya kami semua sudah latihan di tempat biasa kami. Sudah 30 menit kami latihan. Capek mulai melanda, tapi kami terus berlatih dance kami. Tiba-tiba terdengar suara lagu SM*SH, Cinta kau dan dia dari Hpku.
“Bentar ya. Aku angkat telpon dulu.”
“Halo...? Ya ampun..oiya. Maaf..maaf aku lupa lagi. Ia..ia.sekarang aku buka laptop ni. Ia..maaf. Sekarang udah ON kok..Siip bos. Wa alaikum salam.”
“Siapa Zi..?”, tanya Lia.
“Biasa, Lala, dia ingetin aku buat OL, aku lupa sekarangkan jadwal aku buat jadi admin FP. Hehehehe”, jawabku nyengir
“Ah..Zahra. Masih muda udah pikun.”, ejek Dika.
Aku hanya menjulurkan lidahku ke dia. Lalu aku segera membuka laptopku dan langsung menyambungkannya ke hotspot terdekat. Dan langsung online di fpku. Tak lama aku sudah menyapa SB-SB yang ada di seluruh nusantara, tiba-tiba ada segerombol anak yang datang di tempat ini.
“Ngapain kalian kesini?”, tanya gua
“Gua yang harus tanya ke loe. Napa loe kesini.?”, tanya Tyo balik
“Loe lihat sendirikan. Kita kesini latihan ngedance. Kita udah boking tempat ini. Dan kita udah datang kesini duluan.”, jawab Eka.
“Leon...!!!”
“Sory.. Gua lupa kalau kita pesen tempatnya bareng sama warriors” jelas Leon ke teman-temannya.
“Ya udah. Karang loe semua pergi. Kita yang udah disini duluan.”, kata gua lagi.
“Gak. Kitakan juga udah pesen tempat ini.”, jaab Tyo
“Sudahlah..Zahra..loe yang sabar. Kita bagi tempat aja sama mereka”, cegah Ridho
“Enggakk.!!!!”, teriak gua sama Tyo.
“Udahlah Zi. Gak ada gunanya jugakan berantem sama ANTIS. Toh, kita gak gunain semua tempat inikan.”
Karena Icha sudah mulai ngademin gua. Akhirnya gua luluh juga, Icha bener, gak ada gunanya berantem sama ANTIS. Gak kan ada selesainya. Akhirnya kita semua berbagi tempat dengan “Hooks”, nama group dance Tyo. Group gua “Warriors” mulai latihan lagi, dari gerakan robotic, floor dance,dan deragakan-gerakan yang lain. Gak taunya, Hooks juga memulai latihan mereka. Dari gerakan mereka, lirikan matanya, Hooks mengajak Warriors adu battle. Akhirnya kami semua pun battle dance dengan Hooks. Kami seimbang. Hooks dengan leadernya Tyo dapat menguasai floor dance. Sedangkan group kami, Warriors, dapat menguasai robotic dance, dan juga atraksi dance. Di tengah asyiknya battle, gua lihat Tyo berada di depan muka laptop gua. Gua yang curiga dengan Tyo yang seperti ngutak-atik laptop gua menghampirinya.
“Ehem..!!!”, dehem gua ke Tyo.
“Zahra..!! Hehehehe”
“Ngapain loe. Pergi sana.”, usir gua ke Tyo dan ngelihat layar laptop ga yang masih ON di FP
Hai .. SB. Disini admin ZAHRA. Admin mau beritahu kalian ni. Sebenarnya Smash Tu gak ada bagusnya lho. Smash tu jelek. BB yang niru-niru BB Korea aja. Smash Gak kreatif. Smash tu pecundang. Sebenarnya kalian para SB bodoh jika kalian mau ngefans sama Smash. Kalian hanya diperbudak. SB = Sampah Busuk.

Setelah baca tulisan di kotak status FP, gua langsung ngelirik tajam ke Tyo.
“Loe mau update ini dari FP gua..?”
“hehehehe”, jawab Tyo nyengir
“Pecundang.!”, Gua hapus status itu dari FP gua dan langsung rapiin laptop gua. Dan berdiri melihat Tyo yang masih disamping gua. “Looser.”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari-hari selanjutnya kami terus berlatih ngedance, kali ini tidak lagi bersama the Hooks. Mereka lebih memilih untuk menyewa tempat lain daripada latihan bersama kami. Bagus deh kalau gitu. :) Hari H pun tiba. Kami mendapatkan nomor urut 9, dan Hooks mendapat nomor urut 7. Setelah kami selesai tampil..
“Kakak..!!”, teriak seorang laki-laki
“Hai...Loe kesini sama sapa Zak..?”
“Sama Oma, sama Bang Jo.”
“Trus Oma kemana..? Kok enggak sama Loe?”
“Kan aku udah bilangkan. Oma sama Bang Jo. Ah..Kak Zi telmi nih.”
“nA Bang Jonya karang dimana.?”
“Ia gak tau..Eh Kak sini deh.. Liat tuh cewek.”, kata Zaki menunjuk seorang cewek di sebuah stand
“Sapa dia..?”
“Putri. Cewek gua. Gimana.?”
“Cantik, semampai, lembut, dia manja, tapi dia cemburuankan?”, tebakku
“Ia. Kok kakak tahu sih..?”
“Ialah. Kan aku bisa nebak sifat orang dari outsidenya. Tapi, gak keseluruhan sih. Kapan jadian?”, tanyaku semangat.
“3 hari yang lalu.”
“Cie..jadi masih anget-angetnya nih..Hahahaha. Pasangan baru.”
“Anget-anget gimana?”
“Ia anget..Romantis, sering ngegombal, sama-sama jayus.”
“Kak Zi tau banget sih. Pakarnya pacran nih..Tapi sayang kakaku yang satu ini gak laku-laku juga. Jelek sih. Hahaha”, ejek Zaki dan langsung lari meninggalkanku
“Eh...Loe. Zaki.!!!!”, teriak gua melihat Zaki menggandeng kekasihnya mesra dan melambaikan tangan ke gua.
“Awas kalau adek loe bikin adek gua sakit hati.!!”, kata orang di belakang gua.
“Tyo. Maksud loe?”
“Pacar adek loe. Itu adek gua.”
‘Putri..? Ceweknya Zaki? Adeknya Tyo’, gumam gua. “Dia bukan adek gua. Loe taukan gua anak tunggal.”, jawab gua sewot gak lihat dia.
“Oya..? Trus napa tu anak manggil loe kakak?”
“Tanya ja dia. Pokok, kalau loemacem-macem sama dia. Loe berurusan ma gua.!!”, kata gua menatap dia tajam, menunjuk mukanya dengan jariku, dan langsung pergi.
“Kenapa loe?”, tanya Riko, temen Tyo, ANTIS juga
“Gak ada apa-apa. Gila. Tatapan tu cewek, tajem banget.”
“Kayak tatapan elang ya?”
“Ia.. Elang yang matanya juring.!!”
“HAHAHAHA.”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, gua masuk sekolah seperti biasa. Tiba di dalamkelas gua dikejutkan oleh sebuah kado yang berada di atas meja gua.
“Punya sapa nih..?”, tanya gua ke seluruh penghuni kelas.
“Gak tau Zi. Tuh tadi udah ada disitu dari tadi. Dari gua datang.”, jelas Rio
“Loe datang jam berapa?”
“Jam 6.”
“Gila.!! Pagi banget. Mau nyapu kelas loe? Hehehe”
“Enggak Zi. Gua mau ngepel.”, canda Rio.
“Loe buka ja Zi.”, ujar Lia langsung mendekatiku
“Ia Zi. Loe buka aja”, kata Icha yang ikut nimbrung
“Mungkin aja dari penggemar loe.”, sahut Laras
“penggemar gua.? Haha”
“Ketawa loe ikhlas gak sih.?”
“Enggak.”
Karena Icha, Lia, dan Vika terus mendesak gua untuk membuka kado itu. Akhirnya gua buka juga bungkusan itu. Perlahan lahan gua buka bungkusan itu. Pertama, gua buka kertas kadonya dulu. Ada kotak kecil. Saat gua buka. AAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“Zi..di punggung loe Zi.!!!”
“Punggung loe Zi. Punggung loe.!!!”
“Ridho.!!!! Tolongin gua.!!”
“Cepet Dho. Cepet.”
“Ia..ia...Ini gua ambil. Loe jangan gerak-gerak.”
“Buruan Dho. Buruan.!! Gua takut sama laba-laba.!!!!!!!!!”, teriak gua.
“Ia. Nih udah. Gua masukin ke kotaknya lagi sini. Gua buang.”
“Hufth... Makasih Dho.”, ucap Gua lemas setelah Ridho mengambil hewan itu dari tubuh gua.
“Loe gak apakan Zi..?”, tanya Lia cemas.
“Hehe. Gua bersyukur gua masih hidup.”
“Gimana Zi? Loe suka kado dari gua?”, ucap seorang cowok yang berdiri di depan bangku gua.
“TYO!!!”
“Gak usah pakek teriak ia.”, ucap tyo mengejek
“Maksud loe beri gua laba-laba apa?”
“Loe kan suka sama tu hewan. Iakan.?”
“Suka.?!! Gua phobia sama tu hewan Tyo.!!Gila ya. Loe bikin masalah sama gua”
“O ya..? Terus?”
“Loe tunggu aja kado dari gua.”, ucap gua ke dia senyum. Mengejek.
“Wa.. Gua tunggu tu. Buruan ya. Gua gak sabar nrimanya. Hahaha”, ejek Tyo seraya meninggalkan gua.

“Loe mau beri dia pa Zi.?”, tanya Laras
“Sesuatu yang bagus. Kenang-kenangan dari gua. Gak akan pernah bisa dia lupain”, jawab gua santai
“Loe napa senyum? Senyum loe licik.”, sahut Lia
“Emang gua licik. Apalagi sama tu anak. Gak bakal gua beri ampun. Kalian maukan bantuin gua?”, Tanya Gua ke Lia, Icha, Vika, dan Laras.
Mereka berempat saling melihat dahulu, lalu mereka mengangguk.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Tet...tet...tet.... Bel tanda istirahat berbunyi. Gua sama teman-teman gua. Grup dance gua. Kami bersembilan langsung pergi ke kantin. Langsung memesan bakso dan pangsit seperti biasanya. Kemudian duduk ditempat biasa kami duduk. Dari kejauhan terdengar suara tawa anak-anak. Dan semakin mendekat. Gua melihat ada apa di sana.? Dan ternyata.
“Tyo. Gua rasa kita berhasil. Hahaha”, ucap gua ke 4 cewek member dance gua. Kita berempat pun langsung tertawa dan tos.
“Kalian nglakuin apa sih..?”, tanya Dika bingung.
“Ada deh.. Loe liat aja nanti.”, ucap gua tertawa kecil.
“Kenapa sih semua pada ketawa waktu gua lewat.?”, tanya Tyo bingung.
“Ia, gak taulah Tyo.. Udah ah. Kita mau pesen makanan dulu.”, ucap Vera Meninggalkan Tyo
“Anak-anak kenapa sih?”, tanya Tyo ke Riko. Riko hanya mengangkat bahu saja dan meninggalkan Tyo.
Ketika Tyo lewat di samping Gua. “Aas..awas..minggir. Beri jala buat BU Tyo.”, ucap Gua ketawa.
“Maksud loe apa..? Ba-bu-ba-bu..? Loe gak punya mata pa..? Gua tu cowok.!”, bentak Tyo
“Oya..? Wau. Sory. Gua bingung sih. Loe tu sebenernya cowok atau cewek. Sulit banget bedainnya.”, ucap Gua enteng
“Heh.. Zahra.!! Semua orang juga tahu kalu gua tu cowok. Mata Loe aja yang picek.!! Gak bisa bedain cowok apa cewek.”
Gua langsung berdiri dari tempat gua duduk da menatap Tyo, “Gak usah pakek picak-picek-picak-picek napa.?!! Mata gua sehat.”, ucap gua sedikit bentak
“Trus..? Kenapa loe manggil gua “Bu”? Ha..?”
“Gua bingung aja. Ada cowok yang bisa dapet!!”, ucap Gua menatap Tyo tajam.
“Maksud loe..?”, tanya Tyo bingung.
Gua langsung membungkukkan tubuh Gua dan melihat celnan bagian belakang Tyo yang terlihat merah. “Kalau loe dapet. Pakek softex donk. Nanti gak akan bocor kayak sekarang.”
Tyo langsung melihat bagian belakang celananya. Dan ia benar-benar syok ketika ia melihat celannya berwarna merah, seperti cewek yang tembus pas lagi dapet. Ia langsung melihat sekelilingnya. Semua nak ketawa menertawakn dia. Tyo pun langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
“Tyo. Itu hadiah dari gua.!!!”, teriak Gua ke Tyo yang udah jauh berlari.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Hai SB..Jangan Lupa ia nonton SM*SH di dahsyat besok.!!
Trus besok juga ada liputan aktivitas SM*SH di Silet lo..
Don’t forget to see it.!!
*zi..tanubrata*

Kak..aku boleh tanya gak..?
Ia .. Tanya pa ia..? Putri..?
Kakak kok bisa tau sih jadwal-jadwal SM*SH gitu
Ia..aku tahu dari google, dari SB-SB yang laen juga. Kamu Sbkan..?
Ialah kak. Aku ilhamfever. Kakak apa..?
Aku raflatahugs. Keliatankan dari namanya.
Hehehe.. Ia.

“Hoi..!!”
“Loe Zak. Ngagetin aja.”
“Hahaha, kaget ya. Lagi ngapain Kak?’
“Biasa OL, chating, bales comment, message. Kayak biasalah.”, jawabku sambil terus menatap layar laptopku
“OL ja terus. Gak bosen?”
“Na gimana lagi Zak. Ini rersiko gua karena udah mau jadi admin FP.”
“Chattingan sama sapa tu?”, tanya Zaki mencondongkan kepalanya ke layar laptop
“Gak tau. Pokok namanya Putri.”
Zaki terus mengamati Photo Profil Putri tadi, “Itukan cewek gua Kak”
“Ha? Masak..? Putri ini cewek loe?”
“Ia..Gua kenal banget wajahnya. Gimana asyikkan diajak chat?”
“Ia, asik kok.”
“Eh..ngomong tentang Putri. Katanya kakaknya Putri tu satu kelas sama kakak ya?”
“He.eh. Namanya Tyo. Hih..Tu anak sumpah nyebelin abis. Lebih nyebelin dari loe”
“Masak..? Gak percaya gua.”
“Ya terserah loe aja. Tapi, tu anak super duper nyebelin. Sebelum ada SM*SH ni, dia tu sombong banget, usil, sok cool, belagu. Terus seteah ada SM*SH ni, dia tambah usil dheg. Diakan ANTIS, sedangkan gua SB. Jadi setiap hari kita selalu berantem. Gak ada detik tanpa pertengkaran”
“Jadi, Kakak benci sama dia?”
“Gak benci lagi. Lebih dari itu.”
“Tapi, bencikan?”
“Ialah.”, jawab gua jutek
“Hahahaha.”
“Kok loe malah ketawa sih? Apanya yang lucu?”
“Loe tau gak Kak? Cinta tu bisa berawal dari benci lo”
“Trus..?”
“Bisa aja loe nanti akan suka sama dia. Benci jadi cinta gitu.”
“enggak. Sial loe. Pergi sana.!!”
“Hahahaha. Kak Zahra bakal punya cowok. Kak Zahra bakal punya cowok.”, ejek Zaki.
“Enggak!!!”, teriak gua melemparkan bantal kearah Zaki yang keluar dari kamar gua.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokkan harinya disekolah. Seperti biasa gua pergi ke kantin sama temen-temen waktu jam istirahat. Tiba-tiba ada seseorang yang memukul meja makan gua. BRAAK!!!! Gua ngelihat siapa orang yang memukul meja gua, lalu gua kembali lagi ke makanan gua.
“Udah puas loe kemaren?”, tanyanya
“Kenapa loe marah.? Itukan kenang-kenangan dari gua. Sebelum kita semua berpisah nglanjutin kuliah. Lebih baek loe inget sesuatu tentang gua yang gak pernah dapat loe lupain.”, jawab gua cuek.
“Ok.!!Tunggu aja nanti gua bakal beri loe hadiah lagi. Yang gak pernah dapat loe lupain.!”
“Oya..? Apa..?”
“Kekalahan Loe di dance competition besok.”
Keesokkan harinya kami semua sudah bersiap di dance competition ini. Dari Blitar ada 3 kelompok. Diantaranya Warriors sama Hooks. Seleksi dance competition seprovinsi ini diadakn di Surabaya. Disana banyak banget dancer-dancer yang udah ngumpul. Perkota diambil 3 kelompok, Sedangkan kota di Jawa Timur lebih dari 20. Kompetisi dimulai dari jam 8 pagi. Kompetisi gak bisa diselesaiin langsung dalam 1 hari. The warriors sama Hooks tampil bergantian. Kami tampil dihari terakhir, hari ketiga. Gua samtemen-temen gua memutuskan untuk nunggu hasil seleksi dulu, sebelum keliling kota Surabaya.
“Hooks gak lolos.”, kata Dika
“Apa.? Hooks gak lolos..?”, sahut Laras.
“Loe bercanda.? Kita ja lolos. Masak Hooks gak lolos.?”, kata gua.
“Itu yang terjadi. Hooks gak lolos. Gak tau kenapa.”, jelas Dika.
“Udahlah. Mungkin perjuangan Hooks emang sampai sini doang. Kita yang lolos harus lebih berlatih lagi. Kita bisa ngalahin Hook kali ini. Selanjutnya kita harus bisa ngalahin grup yang lain. Kita harus bisa banggain Jawa Timur”, kata Gua.
“Ok..!!! Warriors..!!!”, teriak semua member.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari-hari selanjutnya kami terus menerus berlatih. Membuat formasi baru, Gerakan baru, dan juga lagu baru. Kami berlatih tak kenal lelah. Kali ini kami inginserius dengan dance competition ini. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Final dance competition ini dilaksanakan di Jakarta. Kami sudah stand by disana sejak pukul 5 sore. Kami mendapat no urut 27. Jadi, kami tampil saat malam hari. Lama kami menunggu, kami belum juga dipanggil. Maklum durasi 1 kelompok sekarang boleh samapi 20 menit. Acara ternyata juga dimulai jam setengah 7an. Kami mulai merasa bosan. Akhirnya kami semua memutuskan untuk membeli makanan dulu.
“Udah nih. Huh....kenyang. Nyam nyam nyam”, kata Eka
“Ka, sopanan dikit napa.”, sahut Lia.
“Ia.. ia..”
“Udah yuk. Kita kembali lagi. udah pada kenyangkan.”
“Eh..loe duluan aja dulu.”, kata gua
“Emang loe mau kemana Zi.?”
“Gua kebelet nih. Cari kamar mandi dulu.”
“Gua temenin aja ya.”, sahut Ridho.
“Heh..ogah. Gila loe. Loe tu cowok.”
“Trus napa? Kan gua bisa nunggu diluar.”
“Enggak. Gak usah. Gua juga pengen jalan-jalan sendiri kok.”
Akhirnya gua berpisah sama yang laen. Gua pergi kesana-kemari mencari letak toilet berada. Akhirnya ketemu juga toiletnya. Setelah itu gua langsung pergi mencari temen-temen gua. Tiba-tiba ada orang yang nabrak gua, sampek gua jatuh.
“Haduh..sory-sory. Sini gua bantu berdiri.”, katanya mengulurkan tangannya kepadaku
‘Hufth..rafael..ini koko rafael smash. Tenang Zi. Tenang. Loe gak boleh histeris. Loe gak boleh teriak-teriak. Tenang Zi.’, gumam gua yang seneng banget bertemu dengan idola gua. “Koko kenapa disini..?”, tanya gua gemetaran.
“Gua dikejar-kejar sama ANTIS. Udah ya permisi. Gua mau cari perlindungan dulu.”, katanya melangkahkan kakinya pergi, tapi..
“Eh..eh..”, kata gua melihat gelang yang gua pakai sama gelangnya rafael jadi satu, alias ruwet.
“Haduh..kenapa sih ni. Gelang harus ruwet segala nih.”
“Bentar-bentar. Gua benahin dulu.”, kata gua ikut panik, tapi bukan karena gua ngelihat koko rafael yang panik juga, tapi karena jantung gua semakin berdegup kencang karena tangan kami saling bersentuhan.
Tiba-tiba dari belakang terdengar suara keributan yang amat sangat kencang. RAFAEL!!! RAFAEL!! RAFAEL SMASH.!!! Teriak mereka.
“Haduh..Gila ANTIS..”
“Ha..? ANTIS..? Wah..banyak banget.”, kata gua yang ngelihat segerombol orang yang terlihat anarkis.
“Udahlah. Ayo loe ikut gua dulu. Gak ada waktu.”, kata Rafael, narik tangan gua pergi dari tempat itu. ‘Ya Allah..Mimpi apa gua semalem..?! Bisa ketemu Rafael, dia nabrak gua, meski sakit tapi gak apa deh, Gua seneng Banget. Sekarang Engkau udah buat tangan gua digenggam sama dia. Uh.....Seneng banget gua. Thanks God. Thank you so much. I love you God’
Kami bedua terus menerus lari menghindari ANTIS yang terus menerus mengejar rafael SM*SH ini. Kami mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.
“STOP!!!STOP!!”, kata gua ke rafael.
“Kenapa Stop? Loe mau mati karena mereka. Ayo kita lari. Sembunyi”
“Enggak. Gua capek lari terus. Nih koko rafael juga, lari terus. Kalau lari terus pasti capek. Gak akan bisa ngredain amarah mereka.”, kata gua lalu melepaskan tangan koko yang masih memegang tangan gua (dengan terpaksa).
“Trus ide loe apa..? Mau berantem sama mereka semua..? Gila ya loe.”
“Enggak berantem. Udahlah tenang aja. Udah, koko sembunyi dulu sana.”
Rafael pun sembunyi di salah satu stand yang kosong, gak kepakai. Sedangkan gua berdiri disamping stand itu. Gua lihat kondisi disekitar gua, melihat rafael yang masih berada di stand, gak lihat gua. Kemudian, Gua loncat-loncat kesenangan, tertawa, senyum-senyum sendiri sebagai luapan kesenanganku ketemu sama idolaku ini. “Yes...gua ketemu Rafael, gua ketemu dia.. Tangan gua di genggam. Hih...Uh...gemes deh. Seneng banget gua.”, kata gua agak berbisik biar Rafael gak lihat gua heran. Tiba-tiba gua melihat segerombol ANTIS yang teriak-teriak memanggil nama Rafael.
“Rafael!! Rafael!! Rafael smash.!!”, teriak gua.
“Loe lihat rafael Smash..?”, tanya salah seorang ANTIS itu
“Ia..Gua tadi lihat. Dia lari sama seorang cewekkan. Huh..!! Si rafael itu pengen gua pukul, gua tonjok, pokoknya pengen gua aniaya tu orang.!!”, kata gua.
“Loe lihat dia dimana..?”
“Itu disana tadi. Di warung itu lo. Itu-itu rafael.”, kata gua boong.
“mana..?mana..?”
“Itu lo. Buruan loe kejar dia. Keburu lari lagi.!!”
“OK.!!OK Makasih. Eh..loe gak ikut?”
‘mati gua. Gimana nih jawabnya’, gumam gua bingung. “emh..eng..Enggak, kaki gua sakit. Ini tadi kesleo abis ngejar rafael tadi. Buruan kejar. Kalau ketemu pukul aja tu orang.!!”, jawab gua boonk.
“OK..!!OK.. Makasih ya.”
Akhirnya para ANTIS pun pergi dari tempat gua tadi. Mereka berlari-lari mencari rafael smash berada. Gua yang udah ngeliat mereka jauh. Segera mencari rafael yang berada distand kosong tadi, dan langsung ngajak dia pergi.
“Makasih ya atas bantuan loe tadi. Tapi, apa loe beneran mau mukul gua..? Loe ANTIS ya..?”, tanya Rafael
“Enggak. Gua SB. Tadi tu gua akting. Drama.”
“O..iya.iya. Kayak beneran. Ikut gua dulu ia”
“Gua mau diajak kemana nih..?”
“Udah..loe ikut aja. Ini sebagai tanda terimakasih gua.’
Rafael mengajak gua ke sebuah tempat, ke sebuah stand yang terlihat sepi dari luar. Tapi, ketika masuk didalam. Aku benar-benar kaget. Ada member SM*SH lainnya dan juga temen-temen gua.?!!
“Zi..!!”, teriak Lia dan langsung memeluk gua.
“Kok kalian bisa ada disini sih..?”, tanya gua bingung.
“Ia, tadi gua ketemu sama mereka terus gua ajak mereka kesini deh.”, sahut Bisma, member SM*SH
“Loe bingung ya..? Bisma ini temen gua waktu SMA kelas 1 dulu. Guakan murid pindahan Bandung.”, jelas Laras.
“O..gitu ya.”
“Trus..? Kok loe bisa sama Rafael sih..?”, tanya Vika.
“Tadi, gua nabrak dia, trus dia slametin gua dari ANTIS.”, jelas Rafael singkat.
“O..gitu ya. Beruntung loe Zi. Jalan bareng sama idola loe.”, bisik Lia
“Hehehe, Beruntung banget. Apalagi dia tadi megang tangan gua, Huh...seneng banget deh gua.”, jawab gua berbisik di telingan Lia.
“Oya..? ngomong-ngomong nama kalian siapa,,.”, tanya dicki yang asik main game.
“Kenalin ini..”
“Ngapain kalian kesini..?”, potong ilham
“Kita kesini..”
“Kalian bukan dari Jakarta ia..?”
“Bukan, kita dari...”
“Kalian bukan ANTISkan..?”
“Bisa gak kalau gak motong pembicaraan orang..?”, kata gua tegas. Mereka semua pun langsung melihat gua kaget. Temen-temen gua dan juga semua member SM*SH.
“Zi...”, kata Icha nenangin gua.
“Gua gak suka Cha kalau dipotong-potong gini. Meski mereka idola gua. Gua juga gak mau kalau diginiin.”, jelas gua agak menyesal.
“Maafin kami ya, Ilham gak biasa gini’, jelas Morgan
“Sory, gua lagi ada masalah. Jadi gua agak sensi.”, jelas Ilham
“Ia gak apa kok”, jawab Lia
“Kenalin kami The Warriors. Asal Blitar. Kita kesini ikut dance competition. Ini, Vika, Lia, Icha, Laras, Dika, Ridho, Rio, gua Eka. Dan yang ini tadi namanya Zi.”
“Zi..? Lucu juga nama kamu. Aku rafael.”, kata rafael ramah.
“Sebenarnya namanya Zahra. Kita manggil Zi, dari alfabet awal in english.”
“O..Z, jadi Zi.?”, tanya Reza
“Ia Kak.”
Setelah itu kami semua mengobrol seperti sudah lama akrab. Aku juga mengoborol dengan Ilham. Ternyata Ilham lagi ada masalah sama ceweknya, pantas aja dia sewot tadi. SM*SH datang kesini soalnya mereka juga mau ngisi acara disini, sekedar bernyanyi dua atau 3 lagu saja, tapi mereka tetap menghargai pekerjaan ini. Anak-anak SM*SH tidak seperti yang kami kira, ternyata mereka asyik juga diajak ngobrol. Mereka gak peduli bahwa kami ini hanya seorang SB bukan seorang artis yang sedang naik daun seperti mereka. Mereka semua ramah. Asyik banget bisa ketemu mereka disini.
“Gua bisa minta tolong ke kalian gak..?”, tanya rafael ke gua dan temen-temen gua.
“Minta tolong apa ko..?”, tanya gua
“Gua minta tolong ke kalian untuk buat ANTIS jadi gak benci sama SM*SH lagi.”
“Ha..? Gimana bisa lakuin itu.”, tanya Dika kaget.
“Ya, terserah kalian ja.”
“Tapi kenapa harus kami.?”
“Gini. Kemaren tu gua ikut-ikut anak-anak buat nyoba peramal di salah satu tempat di Jakarta ini. Disitu waktu gua diramal. Peramalnya bilang kalau nanti gua akan ketemu sama seorang cewek yang akan buat ANTIS gak sebel lagi sama SM*SH. Dan itu ketemu juga gak sengaja. Trus dia juga bilang. Kalau cewek itu dancer dan datang sama temen-temennya, dari kota laen. Bukan Jakarta.”, jelas Rafael.
“Trus,,?”, tanya gua lugu
“Zi..loe tu lemot banget sih. Yang dia maksud itu loe.!!”
“Ha..? gua..?, tapikan belum tentu itu gua.”
“Gua yakin itu loe kok. Plis..loekan SB. Bantu kita buat ANTIS gak benci lagi sama kita.”, sahut Rangga.
“Haduh...gimana nih..?”, tanya gua ke diri gua sendiri lalu melihat temen-temen gua yang laen. Mereka semua terlihat bingung juga. Kenapa harus aku coba..? kenapa gak lewat publik aja..? Tiba-tiba..Tit-Tit..Tit-tit.. Terdengar suara handphone yang berbunyi. SMS yang menuju ke HP gua dan temen-temen gua.
“Ya ampun. Udah nomor 25 nih.”
“Kita cabut sekarang yuk.”, ajak Laras
“Iya..ayo-ayo.”
Ketika semuanya sudah berpamitan ke anak-anak SM*SH, kami melangkahkan kaki meninggalkan stand SM*SH, tapi saat gua yang terakhir ingin meninggalkan stand. Rafael menarik tanganku. Serentak jantung berdegup semakin kencang. Tapi aku mencoba bertingkah senormal mungkin
“Gua bisakan minta tolong ke loe tentang itu..?”
“O..O..Ok. OK deh..gua usahain sama yang laen”
“Makasih ya.. Loe bantu gua banget. Ini gua kasih loe nomor gua. Tapi, jangan loe xposs.”
Gua mengangguk. Ketika jam menunjukkan pukul 8. Gua sama temen-temen gua uda on stage. Kami melakukan dance semaksimal mungkin yang kami bisa. Kompetisi berakhir pukul 9 malam. Pengumuman pun langsung ditempel. Kami berdesak-desak melihat hasil pengumuman itu. Tapi, hasilnya persis dengan seperti yang kami kira. Kami tidak Lolos. Meskipun begitu kami tidak kecewa, kami menyadari kami masih kurang dari dancer yang lain.
Bertemu SM*SH kali ini adalah hal terindah dalam hidupkku. Tapi, ketika menginggat apa yang dibicarakan Koko rafael tadi, membuat gua bingung, dan merasa terbebani. Bagaimana caranya agar ANTIS gak benci lagi sama SM*SH ia..?? Plis God, Help me.!!!

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Pukul 8 malam gua udah nyampek rumah. Home sweet home. Gua langsung mencari-cari orang-orang kosan. Tapi, kosan sepi banget. Gak ada orang. Gua cari dikamar oma, kamar Bang Jo, Zaki, semuanya kosong. ‘Pada kemana ia..?’ Tiba-tiba ada yang manggil gua
“Zahra..”
Gua langsung membalikkan badan gua. “Bang Jo. Kok sepi sih Bang. Pada kamana semua ?”
“Semuanya ke...”, Bang Jo menghentikan bicaranya. Ia terdiam
“Kemana Bang..?”, tanya gua mulai panik
“Semuanya ke..ke..”
“Kemana sih Bang..? Jangan buat Zahra jadi panik gini ah.”
“Udahlah. Loe ikut gua ja langsung.”
Bang Jo langsung mbonceng gua pakek motor vespanya. Dengan kecepatan semaksimal munkgin, Bang Jo membawa gua ke sebuah tempat. Melewati dinginnya malam, ramainya Blitar, akhirnya kami tiba juga di tempat.
“Rumah sakit..?”, tanya gua bingung
“Ia..cepetan turun. Ikut gua.”, Bang jo langsung narik tangan gua memasuki area Rumah Sakit. ‘Siapa yang sakit...? Kenapa Bang Jo gak mau ngomong ke gua?’ Ketika sampai di sebuah lorong, gua lihat Oma dan yang lain menunggu di depan ruang UGD. Mereka terlihat cemas, khawatir, Oma menangis. Gua yang melihat itulangsung melepaskan genggaman tangan BAN Jo dari tangan gua dan langsung berlari menuju mereka. Gua duduk di depan Oma, memungkuk, dan melihat Oma cemas.
“Oma..Kenapa nangis..? Siapa yang sakit..?”
“Kamu yang sabar ia Zahra.”, jawb Oma singkat sambilt terus menangis dan membelai kepala gua.
“Oma kenapa sih..? Apa maksud Oma..? Sabar karena apa..?”, tanya gua mulai panik.
Oma hanya memeuk gua erat dan menangis. Gua benar-benar bingung. Gua melepaskan pelukan Oma dan berdiri. “Kalaian semua kenapa sih...? Kenapa nangis..? Beritahu aku.!! Ada pa sebenarnya.?”, teriak gua.
Kreeek... pintu UGD dibuka oleh seorang dokter. “Keluarga dari Zaki.?”, tanya dokter itu.
“Saya kakaknya Pak.”, jawab gua langsung mendekati dokter tersebut. “Ada pa dengan adek saya Pak..?”, tanya gua panik.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”
Gua mulai menitikkan air mata, ‘apa Zaki udah gak ada..?!!’ ucap gua dalam benak hati gua.
“Dia mengalami luka yang parah. Pukulan yang mengenai jantung dan hati adik anda menyebabkan dia tidak sadarkan diri. Dia koma.”
“Apa..?? Koma..?”, tanya gua ke dokter tu. Sang dokter hanya mengangguk lemas. “Hanya keajaiban yang bisa membuatnya sadar lagi. Kita hanya bisa berdoa dan menunggu.”, lanjut sang dokter.
Mendengar itu gua langsung brontak. Gua langsung memasuki ruang UGD dan menghampiri Zaki yang terbaring lemas di ranjang. Gua mengguncang-guncang tubuhnya, gua nangis. “Zaki.. Zaki bangun!! Loe harus bangun..!!! Bangun Zak.. Bangun Zak.. Gak usah tidur mulu.!! Bangun Zak..!!!!”, teriak gua terus mengguncang-guncang tubuh Zaki yang tak berdaya.
“Zi..Zi..udah Zi. Udah. Kamu harus sabar.“, kata Bang Jo. Bang Jo menarik tubuh gua pelan dari Zaki. Membalikkan badan gua dan menarik gua dalam pelukannya. Gua menangis tersedu-sedu, dalam pelukan Bang Jo, gua gak percaya Zaki koma. GUA GAK PERCAYA.!!. ‘Zaki...Siapa yang lakuin ini ke Loe.?! Siapa yang udah mukulin Loe.??’ Gua melepaskan pelukan Bang Jo, mengahapus air mata gua dan menghampiri Zaki lagi. “Demi loe Zak. Gua bersumpah, Gua gak kan nglepasin orang yang udah buat loe seperti ini.”
Gua kluar dari ruang UGD, menghampiri ketiga teman Zaki yang sedari tadi menunggu Zaki di luar. Gua bertanya ke mereka siapa yang udah nglakuin ini ke Zaki. Mereka menjawab dengan kompak, menjelaskan kronologis kejadiannya, dan alasan kenapa orang itu memukul Zaki seperti ini.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

“Woi.!!! Kluar loe.!! Kluar..!!”
DOK.!!!DOK.!!DOK.!!! “Kluar..!!!!”, teriak gua mengedor-gedor pintu berkali-kali.
“Loe apa-apaan sih..?! Ini rumah orang. Gedor-gedor seenaknya.”, jawab orang dalam, tapi bukan orang yang gua cari.
“Mana Tyo..?!! Suruh dia keluar.!!”
“Emang loe siapa..? ceweknya..? nyuruh seenaknya”
“Loe tanya siapa gua..? Gua adalah cewek yang pertama kali nonjok Loe.!!”, jawab gua dan langsung nonjok dia sampai dia terjatuh. Melihat dia udah jatuh gua langsung masuk ke dalam rumah dan berteriak-teriak memanggil nama Tyo.
“Heh..!! Gila ya Loe.!! Keluar dari sini.!!Ini bukan rumah loe.”, jawab orang tadi.
“Kenapa enggak loe aja yang kluar. Ini juga bukan rumah loe. Tyo..!! Dimana loe..?!! Kluar.!!!”, teriak gua.
“Apa-apaan sih ni..?”, kata orang yang gua cari barusan keluar dari kamar. Tyo. “Bikin ribut aja.”, lanjutnya.
“Loe yang bikin ribut duluan..!!”, jawab gua langsung menghampirinya dan memukul dia habis-habisan. Meski dia sudah terjatuh dan tersungkur dilantai, gua gak peduli. Gua terus-terusan memukul dia, menonjoknya, bahkan menendangnya. Sampai darah bercucuran dari mulutnya. Sejenak gua menghentikan pukulan gua yang membabi buta dan menarik kerah bajunya, “Gua udah pernah bilang ke Loekan. Jangan pernah Loe macem-macem sama adek gua. Kalau loe macem-macem loe berurusan sama gua.!!”
“Gua gak ngapa-ngapain adek loe.!! Tau aja engggak.”, jawab Tyo merintis kesakitan.
“Oya..? Loe lupa sama anak laki-laki yang loe pukulin tadi sore. Anak cowok yang gak tau apa-apa tapi langsung loe pukulin. Loe gak tau dia.!!!”, bentak gua dan menarik kerah Tyo lebih kencang.
“Gara-gara Loe ADEK GUA KOMA.!!”, bentak gua.
“Zaki koma..?”, kata seorang gadis yang keluar dari kamar tak jauh dari tempat gua mukulin Tyo.
“Putri. Loe baru tahu kalau pacar loe koma gara-gara kakak loe sendiri..?!! Gua kecewa sama loe Put. Gua percayain Zaki sama Loe. Tapi, loe malah ngaduin kebohongan ke kakak bodoh Loe ini.!! Loe bilang Zaki selingkuhin Loe. Demi Tuhan.!! Zaki gak pernah sejahat itu ke Loe. Zaki sayang sama Loe.!!”, kata gua berdiri dan menghampiri Putri.
“Tapi,..Zaki.. Apa dia bisa selamat..?”, tanya Putri khawatir.
“Apa itu penting buat Loe.?”, kata gua mulai menitikkan air mata dan diam sejenak. “Dia sayang sama Loe Put. Dia gak berhak mendapat pukulan dari Kakak bodoh Loe ini.”, jawab gua mulai berjalan menjauh.
“Loe sayangkan sama adek Loe.?”tanya gua lemah ke Tyo.
“Kalau Loe sayang. Seharusnya loe tahu rasa sakit yang gua rasain sekarang.”, lanjut Gua lalu menatap Tyo.
“Gua tambah benci sama Loe. Selain karena Loe ANTIS. Loe yang mulai ini duluan. Loe yang buat gua benci sama Loe.!!”, bentak gua ke Tyo.
Setelah itu semua gua pergi dari rumah Tyo dan berlari ditengah guyuran hujan yang semakin deras.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

3 hari gua udah nungguin Zaki disampingnya. Duduk disampingnya, membacakan komik kesukaanya, menanyangkan acara bola favoritnya, membelikan kue kesukaanya, mendengarkan musik kesukaanya, dan melakukan hal yang biasa kami lakukan berdua. Hanya untuk berharap dia membuka mata dan terbangun dari kondisinya yang semakin kritis.
“Dokter bilang, kalau kamu gak bangun-bangun. Waktumu hanya tinggal 1 minggu Zak.”, kata gua lirih, meneteskan airmata.
Gua lihat wajah Zaki yang pucat pasi, bibir putih, hidung terbungkus alat bantu pernafasan, dan juga badannya yang lemah. “Loe tau gak Zak. Gua sepi tanpa Loe. Gak ada yang bisa gua usilin nih. Loe cepet bangun donk Zak. Betah banget sih Loe tidur sampek berhari-hari gini. Dasar Kebo!! Pet bangun Zaki.!! Biar Loe bisa temenin gua lagi, biar gua bisa curhat-curhat lagi ke Loe.”, kata gua menangkan diri gua.
Gua diam sejenak sambil terus melihat wajah adik gua satu ini, gua ingat saat-saat dia usil sama gua, dia jailin gua, ngatain gua, dia marah sama gua, dia cemberut sama gua, bahkan saat dia tiba-tiba meluk gua. Gua ingat semua. Gua gak bisa nahan ini semua, akhirnya gua meneteskan airmata dan memeluk tubuh Zaki yang terkulai lemah.
Malam pun tiba, seperti biasa gua nungguin Zaki di malam harinya. Beberapa jam gua udah nungguin Zaki disampingnya, duduk disamping ranjang Rumah Sakit. Lama-lama gua ngantuk juga. Gua berusaha menahan rasa kantuk ini, tapi enggak bisa. Gua terlalu capek, akhirnya gua tertidur juga disamping tubuh Zaki. Menggenggam tangannya.
“Huah...nyenyak banget tidur gua. Lho...!!!!”
Gua kaget ketika gua bangun dan sadar kalau gua udah pindah tempat dari tempat tidur gua semula. Kemarin gua tidur disamping Zaki tapi sekarang gua udah ada di atas sofa dan diselimuti oleh selimut tebal. Ketika gua lihat di ranjang..
“Ha..!!! Zaki mana..?!! Zaki hilang.!!”
Gua panik, gua gak lihat Zaki ada di atas ranjangnya. Mana Zaki. Atau.. Atau dia dibawa ke kamar jenazah..? Enggak..enggak mungkin.
Gua pun akhirnya mencari-cari Zaki dimanapun, dari kamar mandi, kamar sebelah, sebelahnya lagi, sampai ke lorong-lorong Rumah Sakit gua cariin Zaki. Tapi, hasilnya nihil. Gua gak tahu dimana Zaki berada. Gua mulai pasrah. Gua duduk di kursi kosong di samping taman. Menangis. Menyesal karena kemarin aku harus tidur dan akibatnya sekarang aku gak tahu dimana Zaki.
“Heh...”, kata seseorang menepuk bahu gua.
Gua menghapus airmata gua lalu membalikkan badan untuk melihat siapa orang yang menepuk bahu gua. “Zaki.!!!!”, teriak gua dan langsung memeluk Zaki yang berada di belakang gua.
“Loe nangis ya Kak..?”, tanya Zaki
“Enggak kok. Loe tadi kemana aja sih.. ngilang begitu aja. Gak pamit ke gua. Loe tau gak sih gua tu khawatir banget sama loe. Loe tau gak gua panik dari tadi. Loe tau gak kalau gua takut loe napa-napa. Loe tu kemarin masih terbaring lemes karang loe udah...”, gua berhenti bicara, memperhatikan Zaki yang udah..
“Loe sehat...? Kok loe udah bisa jalan..?”, tanya gua bingung.
“Ia.. ni karena Loe udah setia nungguin adek loe ini. Berkat doa loe juga sih.Eh..bukan-bukan. Berkat doa Oma. Bukan doa Loe. Loe mah gak pernah doain gua.”, jawab Zaki menggoda.
Gua langsung memiting Zaki dan memeluknya. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang berdehem di belakang gua. Ketika gua melihat orang itu..
“Tyo..ngapain Loe kesini. Loe mau gua nonjok Loe lagi.?”, tanya gua sewot.
“Kakak nonjok orang itu..?!”, tanya Zaki kaget
“Ialah. Gua bikin pembalasan karena dia yang udah mukulin Loe sampai Loe koma. Gua gak takut sama ni orang.”, jawab gua sewot manatap Tyo tajam.
“Gua kesini mau nganterin adheg gua buat njengukin cowoknya.”,jawab Tyo tambah sewot.
“Ia Kak. Maaf, tadi Zaki gak ada di kamarnya soalnya dia pengen jalan-jalan sama aku. Pas itu aku ada disana, dan waktu itu juga Zaki udah sadar. Gak apakan aku njenguk Zaki..?”, tanya Putri hati-hati.
“Kalau Loe gak apa-apa Put. Gua sadar kalau Loe gak salah 100%, gua ijinin Loe njenguk Zaki. Tapi enggak dengan kakak Loe itu.!!”
“Terserah, gua juga gak butuh.”, jawab Tyo memalingkan mukanya.
Mendengar itu Putri langsung menginjak kaki Tyo yang berada disampingnya.
“Aduh..Apa-apan sih loe Put.?”
“Kakak yang apa-apaan. Tadi bilang dirumah gak mau bikin masalah lagi. Udah!! Tujuan utama Loe harus minta maaf ,Kak. Gua gak nyuruh Loe buat mukulin Zakikan.”
“Ia..ia.. Cerewet.”, jawab Tyo sewot.
Tyo menghampiri kami berdua, gua sama Zaki. Pertama Tyo meminta maaf ke Zaki. Entah setan apa yang sedang menginap ditubuh Zaki, tapi Zaki bisa memaafkan Tyo begitu saja. Dengan mudahnya.?!! Apa..? Enak banget Tyo
Kemudian Tyo mendekatkan dirinya ke aku. Melirik ke gua sewot.
“Gua juga minta maaf ke Loe.”, kata Tyo sewot.
“Gak ikhlas banget ya Loe.Terserah.”, jawab gua lebih sewot.
Setelah itu, Zaki dan Putri kembali berdua, bermain-main ditaman. Putri benar-benar telihat sayang kepada Zaki. Dia terus membopong tubuh Zaki yang masih lemas untuk berjalan. Gua yang melihat mereka berdua di kursi taman hanya tersenyum saja.
“Senyam-senyum sendiri kayak orang gila loe.”, kata Tyo menghampiri gua dan langsung duduk disebelah gua.
“Gua gak sendiri kok. Ini ada orang disamping gua.”
“Mana..? Gak ada orang tuh. Samping loe kosong.”
“Na,,kalau loe tahu kosong napa loe yari-nyari. Berarti loe donk yang gila”, jawab gua tidak melihatnya sedikit pun.
“Loe masih marah sama gua..?”, tanya Tyo terlihat serius.
“Menurut Loe.?”
“Ya gua gak taulah. Makanya gua tanya. Kalau gua tahu ya gua gak bakal tanya ke loe-lah. Loe tuh. Ih..aneh ya.”
“O..”, jawab gua ber-o-ria.
“Ck.. OK deh. Gua minta maaf ke Loe. Gua bener-bener minta maaf ke Loe.”, kata Tyo mengulurkan tangannya ke depan muka gua.
Gua hanya melihat tangan Tyo sekilas lalu memalingkan muka gua lagi. Tyo yang melihat gua seperti itu semakin marah. “OK. Ya udah. Kalau Loe gak mau maafin gua ya terserah Loe. Yang pentingkan gua udah minta maaf.”, jawab Tyo menarik tangannya lagi.
“Kalau gitu napa Loe susah-susah minta maaf ke gua. Toh, gua maaafin atau enggak bukan masalah buat loekan. ANTIS.!!”
“Loe tu.!! Aneh banget sih. Gua tuh udah ada niat buat minta maaf. Niat gua baek, tapi Loenya malah gini.”
“Oya..? Niat baik atau niat kepaksa..?”, jawab gua melihat Tyo tajam. “Gak usah sok suci deh. Gua tau kok loe kepaksa. Putri yang nyuruh loekan. Jadi, gak usah sok baek didepan gua. Gua udah tahu loe.”
“Ya udah. Terserah Loe aja. SB yang kalah dance..”
“Hih.. Loe ini.!! Masih mending gua sampek final daripada loe seleksi aja gak lolos.”
“Tapikan masih bagus dance gua dari pada loe.”
“Oya..? masih bagusan dance gua ya.”
Gua sama Tyo sama-sama naik darah. Persamaan kami, kami sama-sama egois kalau di waktu seperti ini. Gak peduli dimana tempat atau waktu, kami tetap gak mau ngalah. Sampai seorang nenek yang berada tak jauh dari tempat kami duduk berkata, “Hei... Kalian ini. Kalau pacaran ya pacaran aja. Jangan berantem. Kalian cocok kalau pacaran kok.”
“HA..?!! pacaran..?!!”, kata kami berdua kompak, lalu saling melihat.
“ENGGAK.!!!”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya gua udah masuk sekolah seperti biasa. Keadaan di sekolah hari ini beda, anak-anak pada ngumpul-ngumpul semua, terutama yang cewek-cewek. Ada apa ya..?
“Pada ngomongin apa sih..?”, tanya gua ke Lia.
“Gak taulah gua. Loe tau gak Vik..?”
“Tau. Sekolah kita ini lagi kedatangan murid baru. Dia sekelas lho sama kita.”, jelas Vika
“Oya..? cewek cowok..?”, tanya gua antusias.
“Halah..loe Zi. Masalah cewek cowok ja langsung semangat banget tanyanya. Dia cowok.”
“Hehehe, siiplah. Bagus deh kalau gitu.”, kata gua tertawa riang.
“Kenapa loe Zi..? Kok seneng banget.”
“Loe mau deketin anak baru itu ya..?”, tanya Lia menggoda.
“Hehehe tau aja Loe. Biasalah hasrat seorang cewek yang udah lama ngejomblo. Pengen juga pacarankan.”
“Hu...!!! Ganjen loe.!!”, kata mereka menyodok kepala gua bercanda.
Nyampek dikelas gua bener-bener kaget. Gimana gak kaget coba kalau ngelihat banyak cewek yang ngrubung di kelas gua. Apa gara-gara anak baru itu ya. Tapi, kok sampai segininya sih. Seganteng apa sih ni cowok. Jadi penasaran juga.
Gua langsung ngambil kursi dibagian belakang. Kursi favorit gua, pojok belakang. Temen-temen gua, member the warriors juga pada ngambil kursi belakang, kecuali Laras, Icha, sama Eka. Mereka ini paling betah dengerin uraian pelajaran dari guru-guru. Maklum generasi bangsa yang sangat pintar dan baik. Mereka pun duduk di kursi depan. Tak lama kemudian bel berbunyi, tanda masuk bagi seluruh siswa-siswi SMAN 1 Blitar ini. Begitu juga dengan para cewek-cewek yang tadinya bergerombol di kelas gua udah pada kembali ke kelas mereka masing-masing dengan wajah murung seakan enggan meninggalkan anak baru tersebut.
Gua sama temen-temen ngobrol seperti biasa, dari perform M*SH kemarin, sampek apapun yang bisa kita omongin. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu gua dan mengucapkan nama gua samar.
“Zahra...?”, kata orang tersebut.
Gua langsung membalikkan badan, “Lho...? Loe...? Rendi..?”
“Ia, gua Rendi.”
“A..!! Rendi.!!”, teriak gua langsung memeluk Rendi. “Loe pindah disini sekarang..?”, tanya gua antusias.
“Ia yang seperti loe liat. Gua emang pindah disini.”
Gua tersenyum melihat cowok super cakep dengan tinggi sekitar 175 cm di hadapan gua ini. Lalu gua menarik tangannya ke teman-teman gua, “Kenalin. Ini temen-temen gua. Guys, ini anak baru dikelas kita. Namanya Rendi.”
“Hai Rendi.!!”, jawab mereka semua.
“Hai juga.”, kata Rendi ramah.
“Kok loe akrab banget sih Zi ma dia..?”, tanya Ridho penasaran.
“Ialah. Kita dulu seSMP di Blitar. Dulu dia SMAnya pindah ke Surabaya. Sekarang dia kembali lagi ke Blitar. Tau tuh kenapa.”
“Soalnya gua gak betah di Surabaya. Kotanya sumpek, panas banget. Jadi gua pindah lagi ke Blitar.”
“Dia Rendi mantan loe tu ya Zi..?”, tanya Lia.
“Heh.!! Hush.!!!”, kata gua menaruh telunjuk gua di depan bibir.
“O..Rendi mantan Loe yang loe bilang loe masih sayang ma dia itukan..?!!”, tambah Lia lagi.
“He.!! Diem loe.!!”, kata gua langsung menghampiri Lia dan membungkam mulutnya. Si Lia ini emang suka keceplosan ngomong, kadang gak terkendali.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Sejak saat itu gua semakin deket aja sama Rendi. Si Rendi orangnya gak berubah, tetep asyik, gokil, dan jujur. Itu yang buat gua suka sama dia. Dan satu hal, Dia itu masih aja tetep romantis. Suatu hari, gua, Rendi, sama member Warriors lainnya sibuk mempersiapkan diesnatalis sekolah. Kami ditugaskan untuk mendekor stand kelas, yang lainnya ditugaskan untuk membuat perform di puncak acara nantinya. Kami mendekorasi stand semaksimal mungkin kami bisa. Gak terasa hari sudah sore.
“Kita pulang dulu ya!!”, kata Eka, Rio, Dika
“Eh..kita ikutan juga donk.”, sahut Lia, Laras, Icha, sama Vika.
“Zi, Ayo pulang. Gua anterin loe.”, kata Ridho sambil membereskan tasnya.
“Enggak ah. Nanggung Dho. Tinggal dikit nih. Loe pulang aja duluan.”
“Udahlah. Kan bisa dikerjain besok juga. Ayo pulang.”
“Besokkan uda hari H. Loe duluan aja deh.”
“Nanti biar gua yang nganterin Zi pulang.”, kata Rendi ke Ridho.
Ridho sempat memandang Rendi sebentar, kecewa. “OK deh. Gua duluan Zi.”
Akhirnya di stand, gua tinggal sama Rendi saja. Di stand lain juga masih ada anak-anak yang lain.
“Sini, biar gua ja yang nglanjutin. Loe udah lusuh tuh. Kusut banget muka loe. Istirahat dulu sana.”, kata Rendi.
“O...iya deh. Thanks ya.”, kata gua.
Gua langsung menyandarkan tubuh ke kursi. Melihat Rendi yang sedang membetulkan hiasan atas membuatku semakin kagum akan kemanisannya. Apalagi ketika angin malam meniup-niup rambutnya. Semakin keren aja. Lama kelamaan gua sedikit ngantuk. Semakin ngantuk, dan akhirnya gua menutup mata gua rapat. Belum lama gua menutup mata, gua seperti melihat bayangan orang yang duduk di depan gua. Jongkok didepan gua dan lalu memegang tangan gua yang gua jadiin tugu buat nopang kepala gua. Serentak gua langsung terbangun dari tidur gua.
“Loe ngantuk ya..?”, tanya Rendi yang jongkok di depan gua dan masih memegang tangan gua.
“Ha..?? Rafael..”, jawab gua nglantur.
“Rafael.?? Kayaknya gua lebih cakep dari rafael deh. Kok loe manggil gua gitu? Ha.?”, tanyanya bercanda
“Dekorasinya udah selesai nih. Ayo pulang. Gua anterin Loe.”, lanjut Rendi
“Ah.!! Nanggung ah. Terlanjur PW nih posisinya. Gua tidur dulu deh.”, kata gua sambil menarik otot-otot tubuh yang sudah mulai mengkerut.
“udah ah..kelamaan loe. Gua gak tega lihat loe kecapekan gini.”, kata Rendi. Kemudian langsung berjongkok di depan gua, membelakangi gua dan langsung menggendong gua di punggungnya.
“Rend.!! Loe apa-apan sih. Malu tau..”, kata gua lemas sambil sesekali menguap karena masih ngantuk banget.
Mendengar gua sedikit berontak Rendi hanya diam saja. Dia malah semakin erat menggendong gua, dan menarik tangan gua melingkari lehernya. Lalu, Rendi membelai rambut gua dan hanya berucap. “Loe tidur aja dulu.” Mendengar itu gua hanya tersenyum dan menutup mata gua lagi. Tapi, gua tetap menjaga kesadaran gua, gua gak mau tidur dulu di punggung Rendi. ‘Sayang banget kalau gua melewatkan suasana seindah ini. Ah...mantan gua. Tau banget sih loe Rend, kalau gua seneng diperhatiin dan dilakuin romantis gini. Huh... so sweet. :3’ Kata gua dalam benak.
Tiba di tempat parkir, Rendi menurunkan gua dan tetap memegangi tubuh gua yang lemah karena kelelahan, lalu ia membuka pintu mobil dan memasukkan gua ke dalam mobilnya. Di dalam mobil suasananya enak banget, AC yang dingin, lampu mobil yang remang-remang, dan juga kondisi mobil Rendi yang bersih banget. Membuat gua semakin terkantuk dan ingin segera menutup mata gua, tidur.
“Loe tidur aja. Nih selimutnya.”, kata Rendi menyodorkan selimut yang ia ambil di kursi belakang.
“Ha..? Enggak ah. Nanti kalau gua tidur, loe apa-apain lagi.”
“Ye.. ya enggaklah. Mana mau gua ngapa-ngapain loe. Hehehe. Bercanda kok. Udah, tidur aja sana. Gua janji gak akan ngapa-ngapain loe kok.”
“Beneran..?”
“Ia..cerewet. Udah ah. Pet tidur sana.”
“Ia..”, kata gua mulai menutupkan mata.
“Have a nice dream ya.”, kata Rendi berbisik sambil mengalihkan poni gua, yang menutupi mata. Lalu, kejadian yang gak pernah gua sadarin. Dia ngecup kening gua.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, kami semua kelas III IPA 5 sudah bersiap-siap di dalam kelas. Di kelas ada semua anak-anak yang sedang mempersiapkan makanan dan minuman yang akan dijual nanti di stand kami. Lainnya bersiap untuk perform kelas.
“Udah siapkan performnya..?”, tanya Rio
“Siap apanya. Semuanya GATOT.!!”
“Lho..GATOT gimana..? Semuanya udah loe handlekan..?”, tanya gua panik
“Udah..udah semua. Tapi, kejadian yang tidak disangka-sangka udah terjadi.”
“Apa..?”, tanya kami semua.
“Yang mau perform sakit. Dan sekarang dia gak bisa masuk skul. Apalagi perform.”
“APA.!!!”, teriak kami semua.
“Gila..na trus gimana..?”
“Kelas kitakan harus tetep perform.”
“Gimana nih.. masak kelas kita aja yang gak perform..?!!”
“Udah..udah. Kita sekarang harus bijaksana. Kalau dia gak ada, di sakit, kita gak bisa maksain jugakan. Kita tampilin yang lain aja.”, kata Icha.
“Klau gitu kita tampilin The Warriors aja. Semua membernya dari III IPA 5kan. Pas kalau gitu. Warriors aja yang tampil.”, sahut gua.
“Lho...!! Enggak bisa. Hooks yang tampil.!”, sahut Tyo.
“Warrios yang tampil. Warriors lebih bagus dari Hooks.”, jawab gua tak mau kalah.
“Hooks lebih keren dari Warrios. Hooks yang tampil”
“enggak.!! Warriors.!!”
“Hooks.!!”
“Warriors.!!”
“Hooks.!!!” “Warriors.!!”
“Woi..!! Udah. Udah. Kalau gini caranya gaka akan cepet kelar.”, sela Rendi.
Gua sama Tyo pun terdiam sejenak. Tapi, tetep saling memandang dengan pandangan tak mengenakkan.
“Gua aja yang tampil”, kata Rendi
“Loe yang tampil..? Bisa apa loe..?’, tanya Tyo meragukan.
“Gua bisa nyanyi.”
“O..Nyanyi solo gitu..? Gak akan ada serunya.!!”, jawab Tyo lagi.
“Heh..!! Loe tu. Dia jago kalau nyanyi. Suaranya merdu tau.”, bela gua.
“Tenang aja. Rendi bakal diiring sama band gua. Jadi, bakal seru nanti.”
Gua tersenyum mendegar itu. Tersenyum lebar kepada Tyo yang terlihat kecewa, karena Hooks tak jadi tampil.
Setelah itu, semua anak-anak pun keluar dari kelas. Kami mulai sibuk mengurusi stand yang sudah penuh akan pembeli. Gua mengurusi bagian minuman. Bagian paling repot, karena di hariyang terik seperti ini banyak banget yang mau beli minum Apalagi stand gua menyediakan minuman yang enak dan murah.
“Zi.!! Rendi maen tuh.!!”, teriak Lia dari luar stand
“Apa..? Rendi maen..?!”, tanyaku antusias
“Ia.. Ayo Liat.!!”
“Ehm..gimna bisa..? Masih banyak costumer nih.”, jawabku bingung
“Gimana ia..?”, Lia menggigit bibirnya sebagian, memutar kedua bola matanya kesegala rah. Tingkah orang sedang berfikir. Kemudian, tiba-tiba “A.!! Gua ada ide.!!”
Lia langsung pergi memasuki stand yang sedang banyak pembeli, lalu menghampiri Tyo dan teman-temannya yang sedang duduk santai di dalam, “Loe dari tadi gak ngapa-ngapainkan. Sekarang ganti Loe yang harus kerja.”
Lia langsung menarik tubuh Tyo berdiri, dan menariknya di depan daerah minuman. “Stay here.! And serve them.!!”
“Ayo Zi.!!”, “Ayo..ayo..!!”, jawabku seraya meninggalkan stand dan Tyo yang bingung harus meladeni para costumers.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Di depan panggung Rendi, dan yang lain sedang bersiap-siap check sound. Gua sama Lia langsung memarkir tubuh kami di depan panggung tepat. Dimana Vika, Laras, sama Icha sudah disana duluan. Beberapa menit kemudian. Check sound pun selesai. Rendi yang memakai kaos putih dan hem hitam yang dibuka membuatnya terlihat sangat keren.
“Lagu ini..gua persembahin buat orang yang gua sayang.”, kata Rendi di depan panggung.
“Zahra.”, lanjutnya.
Mendengar itu jantung gua langsung bergedup kencang banget. Lebih kencang dari kencang. Gua cuma tercengang dan mebelalakan mata. Gak sadar, ternyata gua juga senyum-senyum sendiri.
Kenapa hatiku cenat cenut tiap ada kamu
Selalu peluhku menetes tiap dekat kamu
Kenapa salah tngkah tiap kau tatap aku
Selalu diriku malu tiap kau puji aku

Rendi nyanyiin lagunya SMASH-I Heart You. Tapi kali ini beda lagu itu di cover menjadi lagu pop. Gila.!! Keren banget.
“Zi.. Loe jadian sama Rendi..?”, tanya Laras penasaran
“Ha..?”, gua cuma natap dia lalu mengangkat bahu.
“Gimana sih Zi. Dia tadi bilang kalau loe tadi orang yang dia sayang.”, kata Icha antusias banget.
“Gua gak tau. Gua gak ngerti.”, jawab gua linglung.
“Zahra.. Selamat ia. Loe udah balikan sama orang yang loe sayang juga.”
“Heh... Gua gak tau. Kita gak balikan.”, jelas gua ke semua.
‘Gua sebenarnya juga bingung kenapa Rendi bilang kalau dia sayang sama gua. Tapi..gak apalah. Gua tetep seneng banget kok. Gua harap di bener-bener sayang sama gua. Hahaha ..ngarep.com. :p’ Gumam gua sambil senyum senyum sendiri melihat penampilan Rendi yang terus terusan melempar pandangan matanya dan senyumannya yang manis ke gua.
Setelah Rendi selesai manggung, beberapa anak mulai bubar. Icha, Vika, Laras, sama Lia kembali ke stand kelas. Tapi, gua memilih untuk berjalan-jalan memasuki satu persatu stand lain. Di sebuah stand gua membeli cake dan memakannya di kursi taman.
“Loe ngapain sendiri..?”, tanya Ridho yang menghampiri gua dan langsung duduk di depan gua.
“Enggak apa kok. Disini enak. Bisa lihat jelas yang manggung jugakan.”, jawab gua.
“Emh.. loe jadian ya ma Rendi..?”, tanya Ridho hati-hati.
Gua lihat Ridho sesaat, di berbeda dari biasanya. Perkataannya serius. Gak bercanda kayak biasanya, “Gua gak tau.”
“Lho.. na trus..? Kok tadi Rendi bilang kalau orang yang dia sayang itu loe..?”
“Gua juga bingung Dho. Gua tu gak jadian sama dia. Tepatnya gak balikan. Tapi, dia kok bilang gitu ya.??”
“Loe sayang sama dia..?”, tanya Ridho lebih serius lagi dan menatap mata gua dalem.
Gua menaruh sendok sebentar, lalu mengepalkan kedua tanganku menjadi satu, dan meletakkannya sebagai penyangga dagu gua, “Kelihatan banget ya Dho..?”, tanya gua sedikit berbisik.
“O... Jadi loe beneran sayang sama dia..?”, tanya Ridho mengulangi.
“Gua gak tahu. Gua bingung banget, gua gak tau gua sayang sama dia atau enggak. Bingung Dho.”
“Emang selama 3 tahun loe sekolah disini, apa dia gak bisa loe lupain..?”
“Maksud loe..?”, tanya gua bingung.
“Ia.. mungkin sosok dia udah pernah diganti sama orang lain gitu. Maksud gua apa selama 3 tahun ini loe gak suka sama orang lain..? Orang disekolah ini mungkin..?”
“O..itu ya.?” Gua tersenyum mendengar perkataan Ridho itu. Aneh. Tumben banget ni anak tanya beginian.
Gua menatap dia lekat lalu meraih tangannya dan menggenggamnya. “Orang itu loe.”
“Apa..?”, tanya Ridho membuka mulutnya lebar.
“Hahaha. Gua bercanda kali Dho.”, jawab gua tertawa sambil melepaskan genggaman tangan gua ke Ridho.
Ridho terlihat sedikit salting. Mengacak-ngacak rambutnya menjadi berantakan lalu melihat gua sambil ikut-ikutan nyengir. “Loe kenapa sih Dho..? Aneh tau gak.”
“Aneh..? aneh apanya..? Gua biasa aja kok.”
Sedang asyiknya gua sama Ridho ngobrol, tiba-tiba ada seseorang yang datang.
“Hei..”
“Rendi...!!”kata gua langsung salting
“Emh.. gua pergi dulu ya.”, kata Ridho langsung pergi dengan wajah cemberut.
“Gua ganggu loe sama Ridho nih jadinya..?”
“A..? O.. Enggak kok. Ridho emang pengen pergi.”, jawab gua rada gagap.
“Nih..minum.”
“Trims..”, jawab gua seraya menerima sodoran minuman dari Rendi.
Kami berdua hanya diam seribu bahasa. Terkadang gua mencuri-curi kesempatan buat memandang wajah Rendi yang keren abis.
“Kenpa sih loe liatin gua trus dari tadi..?”
Gua langsung terbangun dari lamunan gua dan lagi lagi salah tingkah. “Enggak kok.”, jawab gua menundukkan kepala.
“Apa gua tambah cakep ya..? Sampek loe liatin segitunya.”, goda Rendi.
“Pe.De loe.. Sama aja kayak dulu.”
“Ia..sama sama gantengnya. Hehehehe.”
“Emh.. Rend..”, kata gua dengan nada yang super pelan, bahkan hampir tidak terdengar.
“Apa..?”
“Loe tadi..di pangung..emh..kok loe... Kok loe tadi bilang kalau loe sayang sama gua..?”, tanya gua terus menunduk tak berani melihat muka Rendi yang terus menatapku.
“Gua emang sayang sama loe.”
“Maksud loe..?”, tanya gua mulai mengangkat muka gua.
“Gua sayang sama loe. Sama seperti yang lain. Gua sayang sama Rio, Lia, Laras, Ridho, sama semuanya gua juga sayang.”
“Maksud loe..? Sayang sebagai temen gitu..?”, tanya gua mulai bingung
“Ya iyalah. Sebagai apalagi coba.”
‘ya ampun Rendi.. gua kira loe beneran sayang sama gua. Lebih dari sekedar temen. Gua kira loe..Hih...!!! Bodoh..bodoh..bodoh. Rendi gak bakal mau balikan lagi sama loe Zahra. Dia pasti sakit hati. Orang loe dulu yang mutusin dia.’, gumam gua dalam hati.
“Loe berharap lebih ya..?”, tanya Rendi lagi.
“Enggak kok.”, jawab gua lemas kembali menundukkan kepala.
Rendi mengangkat kepala gua lau berkata, “berapa lama sih loe jadi pacar gua dulu..?”
“Emh...9 bulan 9 hari pas. Kenapa..?”, jawab gua.
“Masak selama itu loe gak ngerti juga sifat gua..? Zahra..zahra..”
“Maksud loe gimana sih..? gua bingung Rendi..”
“Gua sayang sama loe Zahra.. Gua sayang sama loe..”, kata Rendi lagi.
“Gua sayang sama loe lebih dari yang lain.”, kata Rendi mengacak-acak rambut gua yang terbengong dan langsung pergi dengan senyum super manisnya.
‘apa...? lebih dari yang laen..? maksudnya..? apa jangan-jangan Rendi.. A... Rendi ..’ gumam gua senyum senyum sendiri sambil melihat kepergiannya di antara banyak orang.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokkan harinya gua ngerasa gak enak badan banget. Badan panas, lemes, idung mbeler, flu. Mungkin ini gara-gara kemarin sepulang diesnatalis gua kehujanan dan gak bisa teduh dulu. Di sekolah gua hanya duduk aja di bangku, pas istirahat gua cuma nitip makanan ke Icha, waktu pelajaran gua cuma dengerin sebisa gua, kalau gak gitu gua tidur. Apesnya tadi Bu Suti sempat negur gua pas gua ketauan tidur. Sepulang sekolah gua langsung pulang aja. Kali ini gua gak bawa motor, soalnya di pakek sama Zaki. Akhirnya gua pun harus jalan pulang. Ditengah perjalanan gua ketemu sama 3 orang preman.
“Eneng..mau pulang ya..?”, goda preman 1
Gua hanya diem aja, males nanggepin. “Kok diem aja sih neng..? rumahnya mana..?”, tanya preman 2
“Rumah gua gak gua bawa.”, jawab gua jutek
“Ih..si eneng bisa ja deh. Abang anterin pulang ya.”, kata preman 3 sambil menyolek dagu gua.
“Apa-apaan sih. Gua gak takut sama kalian.”, kata gua setegas gua bisa.
“Hi..abang takut niih neng.”
Mereka bertiga tetep ja gangguin gua, meski gua udah berusaha ngelawan sekuat tenaga, tapi itu semua gak berarti dengan kondisi gua yang sakit gini. Mereka bertiga-tiga terus-terusan godain gua, sampai-sampai sekarang udah berani-berani nyubit-nyubit gua, dan mojokin gua. Gila.!!!
“Pergi gak..?!! Pergi..!! Kalau enggak gua tonjok lagi.!!”, kata gua sekeras mungkin.
“Ah...enggak ah. Nanti malah kelewatan kesempatan buat goda si eneng.!!”
Mereka bertiga malah semakin menggila, mereka ndorong aku sampek ke sudut dinding di jalan itu, mereka mulai nyolek-nyolek gua. Saking paniknya gua gak bisa apa-apa, gua Cuma bisa teriak-teriak minta tolong. Gua mulai putus asa saat gak ada orang yang lewat jalan itu. ‘Ya Allah...tolonglah hambamu ini.’ Gumamku.
Tiba-tiba, ada seseorang yang narik preman 1 menjauh dari gua. Lalu kedua preman lainnya mulai menjauh dari gua berpaling ke orang itu tadi. Si orang tadi memukul abis-abisan preman 1, kemudian aksinya dilanjutkan dengan memukul kedua preman yang lainnya. Di pukul abis-abisan, di tonjok, di tendang, meski ia juga kena tonjok bahkan tubuhnya tergores oleh pisau yang dibawa salah satu preman ia tak peduli dan terus memukuli mereka sampai mereka pun lari terbirit-birit dari tempat gua.
“Loe gak pa..?”, tanya si orang tadi ndeket ke gua.
Dia jongkok di depan gua dan mengangkat kepala gua yang tertunduk dari tadi.
“Tyo..!!!!”, teriak gua ketika gua sadar bahwa orang yang nolong gua tadi. Tyo.
“”Loe..ngapain disini..?”, tanya gua dengan nada meninggi dan langsung berdiri.
“Lho, ya terserah gua donk. Emang ni jalan punya loe pa..?!”, jawabnya sewot.
“Loe tu udah ditolong malah gak terimakasih kek, malah sewot.”, lanjutnya.
“Loe tadi yang nolong gua..?”, tanya gua gak percaya.
“Bukan, yang nolong loe malaikat yang dikirimin Allah ke loe. Ya iyalah gua.”, jawabnya sewot lagi.
“Kenapa loe nolongin gua..?”
“Loe tu cerewet banget ia. Pokoknya gua udah nolongin loe, dan loe sekarang udah gak napa-napa. Gitu aja. Gak usah diperpanjang.!!”
“Ia..ia.. Thanks.”
“Ayo..”, kata Tyo mengulurkan tangannya ke gua.
Gua memperhatikan tangannya dan lalu melihatnya, “Kemana...?”
“Ya pulanglah Non. Gua anterin loe pulang. Gua gak tega lihat cewek gak berdaya kayak loe di gangguin preman-preman lagi.”
Gua pun dengan terpaksa dan bingung mau juga dianterin Tyo pulang dengan motornya. Di tengah perjalanan gua juga masih ngomel-ngomel aja. Gimana enggak coba, kalau loe dibonceng dengan kecepatan 80-100 km/jam di tengah keramaian kota yang super ramai. 20 menit kemudian, gua udah nyampek dikosan.
“Makasih ia.”, kata gua lagi
“Ia. Gua pulang dulu.”, Tyo langsung menstrater motornya lagi, tapi
“Eh..tunggu.. Masuk dulu.”
“Buat apa..? Loe gak perlu berterimakasih ke gua sampek segininya. Gua iklas kok.”
“Pe.De. Gua udah cukup berterima kasih ke loe. Udah deh. Loe masuk dulu. Gua maksa.!!”
“Kalau gua gak mau.?”
“Pokok loe harus mau. Titik.!!”, tanpa mendapat persetujuan dari dia, gua langsung narik dia masuk. Di dalem, gua dudukin dia di sofa ruang tengah. Tempat strategis untuk nglakuin maksud gua tanpa diketahui orang luar.
“Duduk.!!”
“Aduh..ia.ia. Gak usah pakek kasar napa.!!”, jawabnya.
“Tunggu sini dulu. Gak usah kemana-mana.!! Awas kalau pergi. Gua ciaaak loe.!!”, kata gua sambil menggenggam tangan gua dan menunjukkan ke dia.
Gua pergi ke kamar dan mengambil kotak P3K. Ganti baju dulu lalu langsung kembali ke ruang tengah. Disana gua langsung memarkir tubuh gua duduk disampingnya.
“Sini tangannya.”, kata gua.
“Buat apa..?”
“Udah. Cepetan sini.!!”, kata gua. Tyo yang bingung hanya nurut aja dan menyerahkan tangan kanannya ke gua. Gua jelas ingat tadi tangannya terluka gara-gara kena pisaunya si preman tadi segera mengobatinya.
“Gak usah loe obatin.”, kata Tyo dan langusng narik tangannya lagi.
“Heh.. Diem.!”, kata gua langsung ngambil tangannya lagi.
Cukup lama gua ngobatin tangannya. Untung aja goresan pisaunya tadi gak terlalu dalem. Jadi bisa gua obatin seadanya. Gua fokus ngobatin tangan Tyo. Meski gua ingat dia ANTIS yang selalu jailin gua, tapi buat kali ini gua berbaik hati ke dia karena dia juga udah nylametin gua tadi.
“Ngapain loe liatin gua..?”, tanya gua yang sadar dari tadi Tyo liatin gua.
“Ha..? Apa..? Eng.. Enggak. Sapa juga yang liatin loe. Gua liatin tangan gua kok.”
“Gua gak buta ya. Gua tadi jelas-jelas liat loe liatin gua, bukan tangan loe.”, bantah gua
“Ya terserah loe. Gua gak liatin loe kok.”, jawab Tyo langsung membuang mukanya ke TV yang berada didepan kami.
“Setres..”, kata gua lirih.
“Udah nih..”, lanjut gua setelah memperban tangan Tyo.
“Iya.”
Sebel juga ditanggepin Tyo gitu. Singkat banget jawabnya. Tapi, Gua gak peduli, gua cuma nyodorin dia minum dan langsung meraih remote di meja dan mengganti channel TV. Gua menghentikan di salah satu channel TV yang nanyangin acara musik.
“SMASH.!!”, teriak gua ketika liat SMASH disana.
“Eh..apaan nih. Ganti-ganti.”, kata Tyo langsung ngembat remote yang ada ditangan gua dan langsung ia ganti.
“Eh..enggak.!!”, jawab gua dan langsung ngambil kembali remote itu dan menggantinya lagi ke SMASH.
“Kenapa sih kalian mau diperbudak sama SMASH..?!!”, kata Tyo sewot.
“Kita gak diperbudak kok. Kita cuma ngefans aja.”
“Trus loe..? kenapa loe benci sama SMASH..?”, lanjut gua
“Ia..ialah gua benci. SMASH itu ikut-ikutan Boy Band Korea, gak kreatif banget. Selain itu membernya pada banci semua.”
“Eh.!! SMASH gak banci.!!”, bela gua.
“Ia terserah loe aja. Bagi gua gitu. Loe lihat aja. Gerakannya itu gak teges, tapi lemah gemulai. Kayak banci.!!”
Gua mulai memperhatikan ia bebicara. Nih anak serius juga kalau bicara tentang SMASH. Dia juga keren sih. Lalu gua teringat sama pesennya rafael smash dulu. ‘emh...mungkin kalau gua tanya sama ni anak, gua bisa cari cara buat nyelesain masalah itu’, gumam gua.
“Trus..gimana caranya biar loe gak benci sama SMASH lagi..?”, tanya gua pelan.
“Enggak. Enggak ada. Gak ada cara biar gua gak benci sama BB ini.”
“Gua gak setuju sama jawaban loe.”
Sesaat Tyo menghadap ke gua, memperhatikan gua. “Gua akan buktiin ke loe. Gua akan buat ANTIS jadi gak benci lagi sama SMASH.”, lanjut gua tersenyum.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Keesokkan harinya gua udah lebih baikan, badan udah gak panas, hidung juga udah gak flu lagi. Di waktu istirahat, gua milih di kelas dulu, ngerjain PR yang blum selesai, yang lain udah pada pergi ke kantin. Di dalem kelas ada Tyo sama Riko. Samar-samar gua denger pembicaraan mereka. Gini ngobrolnya.
Riko : “kapan loe bilang ke dia..?”
Tyo : “dia sapa..? bilang apa..?”
Riko : “loe taulah siapa. Gua tau kok, loe sukakan sama dia.”
Tyo : “Siapa sih maksud loe..?”
Riko : “Si. -------- “ (gak kedengeran soalnya mereka bisik-bisik)
Tyo : “Gua gak suka sama dia.”
Riko : “Halah..gak usah boong loe. Gua tau kok. Gua tu kenal loe udah 3 tahun. Jadi gua tahu gimana kalau loe suka ma cewek.”
Tyo : “Emh...menurut loe bener gak kalau gua suka sama dia..?”
Riko : “Ya benerlah. Napa juga salah. Toh dia juga gak ada yang punya.”
Tyo : “Ia gua tau..tapi masalahnya kan dia itu ----------“ (gak kedengaran lagi, kali ini karena anak-anak yang laen rame banget.)
Riko : “Trus kenapa..? itu kan bukan penghalang buat suka sama dia. Lagian Cuma gitu”
Tyo : “Ia gua gak taulah. Gua gengsi kalau gua suka sama orang yang notabenya beda banget sama gua. Alias bisa dibilang dia musuh gua.”
Riko : “Ya gak apalah Yo. Gengsi itu gak ada dikamus cinta. Loe yakinin diri loe. Gua aja juga suka sama orang yang kayak dia. Yang notabenya juga beda. Tapi, gua biasa. Gua sayang sama dia.”
Tyo : “Trus kalau gua diolok-olokin ma anak-anak gimana..? Berabelah gua.”
Riko : “Loe mending milih anak-anak apa dia.? Anak-anak laen itu Cuma temen kita ja. Bukan ortu kita. Udah deh mending loe buruan bilang ke dia.”
Tyo : “Ia..ia deh. Gua usahain.”
‘Tyo suka sama sapa ya...? penasaran juga. Tadi dia bilang beda notabe. Apa maksudnyaya..?’gumam gua. Gak berapa lama kemudian temen-temen gua udah pada kembali dari kantin. Mereka langsung nimbrung di bangku gua sambil sesekali menawari gua makan mereka. Tiba-tiba HP gua berdering. Telepon. Gua langsung berdiri dan berjalan sedikit menjauh dari anak-anak lain yang lihatin gua, bertanya-tanya sipa yang telepon.
“Halo..?”, kata gua mengawali.
“Hai. Ini Zahra ia..? Zi,,?”, jawab orang di sebrang.
“Ia.. ini siapa ya..?”
“Ini gua Rangga. Rangga SMASH.”
“Ha...? apa..?”, jawab gua langsung histeris agak teriak. “Dapet nomor gua darimana..?”, tanya gua mulai memperkecil suara. Takut ANTIS pada denger.
“Dari Rafael. Eh, gimana loe udah jalanin rencana loe..? Tugas dari Cocoh maksud gua.”
“o..itu. Masih belum.”, jawab gua lirih.
“Emh. Ya udah gak apa kok. Gua mau ingetin loe aja.”
“Iya. Gua inget kok. Maaf banget ia, belum bisa bantu.”
“Ya gak apa kok. Ya udah kalau gitu. Thanks ya. Bye.”
“Ia..sama-sama. Bye.”, jawab gua langsung menutup telepon dan kembali ke bangku gua lagi.
“Siapa Zi..?”, tanya Ridho langsung.
“Rangga.”, jawab gua pelan.
“Rangga siapa..?”
“Rangga SMASH.”, jawab gua lebih lirih lagi.
“Ha...? Rangga SMASH..!!”, teriak Lia langsung.
Gua langsung naruh telunjuk gua didepan bibir gua mengisyaratkan untuk meperpelan suaranya, “Loe jangan teriak-teriak. ANTIS nanti denger.”, jelas gua.
“Oh..ia..ia maaf. Hehehehe”, jawab Lia menggaruk-garuk kepalanya yang enggak gatal.
“Kenapa tu anak telpon..?”, tanya Dika
“Ingetin gua tentang pesennya Rafael.”
“Loe udah mikirin caranya Zi..?”, tanya Dika.
“Blum. Gua masih bingung banget nih.”
“Na trus gimana...? Kasihan juga kan mereka.”, sahut Vika
“Gua tahu, tapi gua bingung. Gak ada seberkas jawaban pun yang lewat di otak gua.” Kita semua terdiam.
“A..!!! Gua ada cara..!”, teriak Icha membuat kami semua tersedak bahkan gua sampai jatuh.
“Icha...Kalau ngomong jangan ngagetin kita donk..”, kata Laras
“Ia..ia maaf. Hehehe”
“Gimana caranya..?”, tanya Ridho yang duduk di samping gua.
Icha membungkukkan badannya ke arah gua, di ikuti oleh yang lain. Icha membisikkan idenya ke kita semua. Pertama kita semua kaget, gak setuju, dan gak yakin ide itu akan berhasil. Tapi, setelah Icha menjelaskan lebih rinci dan juda mendetail. Kita semua pun nurut.
“Tapi, gimana cara ngundang mereka..? Kalau SBkan gua bisa handle lewat facebook. Kalau ANTIS..?”, tanya gua bingung.
Peratama mereka bingung juga, memutar otak mereka, memutar-mutar mata, sampai memutarkan kepala mereka. Hanya untuk, berfikir. At last, temen-temen yang lain pada liat gua semua. Sontak gua kagetlah. Bingung, “Kenapa...?”, tanya gua.
“Loe minta tolong aja ke Tyo.”, kata Vika langsung.
“Apa..? Tyo...? ANTIS nyebelin itu..?!! Ogah gua.”, jawab gua sewot.
“Yah..Zi. Ini buat SM*SH. Buat idola kita. Plis..Lagian ini juga bisa buat hubungan loe sama Tyo lebih baek lagi.”, kata Dika.
“kalau Zahra emang gak mau. Ya enggak usah dipaksa.”, sahut Ridho.
“Na...gua setuju sama loe, Dho. Gua dukung. Gua gak mau.”, jawab gua menepuk pundak Ridho yang ada disamping gua.
“Yah Dho. Loe jangan dukung Zahra gitu donk. Inikan Cuma bentar aja. Ya Zi ya..? Loe mau ya...”, rayu Icha.
“Enggak gua gak mau.”
“Loe harus mau Zi. Kalau enggak gua keluar dari Warriors.”, tantang Eka.
“Ha...? Apa..? Kok gitu sih..? Jangan keluar donk Ka..”, kata gua memohon.
“Ya makanya loe harus mau minta tolong ke Tyo.”, jawab Eka.
“Hufth.. ia..ia deh. Demi loe. Demi kalian semua gua mau.”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Gua pun beranjak dari tempat duduk gua, berdiri dan berjalan menghampiri bangku Tyo yang berada 2 bangku di depan gua. Di samping Tyo ada Riko yang nemenin dia ngerjain PR juga. Di situ gua Cuma berdiri kayak patung. No movement.
“Kenapa loe..?”, tanya Tyo sewot.
“Emh..gua..gua.. Emh..gimana ia..?”, kata gua gagap sambil garuk-garuk leher gua.
“Gimana apa..? Ngapain sih loe..?”, tanya Tyo makin sewot.
“Gua mau minta tolong ke loe.”, jawab gua sambil terus menundukkan kepala. Gak mau lihat Tyo, gengsi atuh.
“Minta tolong ke gua..? Gak salah loe..?”
“Sebenernya salah sih gua minta tolong ke loe, tapi gimana, anak-anak lain pada nyuruh gua minta tolong ke loe.”, jawab gua. Tyo Cuma membalikkan kepalanya dan melihat temen-temen gua yang Cuma senyum-senyum gak jelas ketika dilihat Tyo.
Gua ambil kursi di depan bangku Tyo dan langsung mendudukinya. Lalu memandang Tyo penuh harap. “Plis..bantuin gua ya. Gua minta tolong ke loe.”
“Minta tolong apa..?”, tanya Tyo santai.
“Loe admin FP ANTISkan. Gua mau minta tolong ke loe, tolong buat event yang ngundang seluruh ANTIS di FP loe, buat ngikutin acara semacam out bond.”
“Buat apa..? Dimana..?”
“Emh..di Malang aja. Di bendungan Sukerejo. Buat, buat ANTIS gak benci lagi sama SM*SH. Dan juga para blast.”
“Maksud loe..?”, Tyo mengeryitkan dahinya, bahkan mengangkat tinggi-tinggi alisnya. Dan memandang gua dengan wajah bingung, sebingung-bingungnya.
“Gua mau buktiin ke loe, perkataan gua kemarin. Gua mau buat ANTIS gak benci lagi sama SM*SH, dan buat ANTIS damai sama SB. Jadi, gua sama yang lain mau ngadain acara dimana ANTIS sama SB akan ditemuin di suatu tempat dan waktu yang bersamaan.”
“Loe gila..?!! Loe bakal buat perang dunia ke III. Tau loe..?!”
“Loe gak usah sok ceramahin gua. Gua mohon banget ke loe...Sekali ini aja. Pliis....”, rengek gua sambil sesekali meletakkan tangan gua di depan muka menjadi satu untuk memohon ke dia.
“Untungnya buat gua apa..?”
“Zahra mau jadi cewek loe.!!”, sahut Lia dibelakang. Ridho yang mendengar itu langsung menjitak kepala lia dan membungkam mulutnya,
“Heh..!!! Enggak enggak. Gua gak mau jadi cewek loe. Ogah.!!”
“Siapa juga yang mau jadi cowok loe. Gua juga ogah.”, jawab Tyo.
“Trus gimana..?”, tanya gua lagi ke Tyo.
“Bayarin gua PSan dalam seminggu. OK...?”
“Yah...jangan gitu donk. Yang lain.”, rengek gua.
“OK..Kalau gitu, dalam 1 bulan.. Gimana..?”
“Halah.. Ia deh seminggu. Tapi, loe harus bantuin gua beneran.”
“Ia..Penting loe beneran bayarain gua maen.”
“He-eh. Deal..?”, tanya gua menjulurkan tangan gua ke Tyo.
“Deal..!!”, jawab Tyo sekaligus trima jabatan tangan gua.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari – hari selanjutnya dilanjutkan dengan melakukan kebiasaan setiap hari. Perubahan yang terjadi, adalah kami mengurangi jadwal ngedance dan menambah jadwal belajar. Soalnya 3 hari lagi mau UN. Trus 2 minggu lagi, acara outbond dimulai. Jadi, kami benar-benar sibuk dengan belajar..belajar...dan belajar.
Hari-hari UN sudah berlalu. Menengangkan banget. Takut, tapi, akhirnya santai juga. Setelah UN, kami fokus dengan acara out bond ini. Kami mengatur mulai dari jadwal kegiatan, cattering makan, peralatannya, dan hal lainnya.. Kadang kami semua sampai kecapekan. Tapi, gua enggak begitu. Gua malah semangat soalnya ada Rendi yang juga bantu . Hehehehe. Meski hubungan gua sama Rendi gak jelas, alias Cuma HTS, tapi seneng juga lihat wajah cakep Rendi. Obat pelipur lara dan lelah. :p
Tak terasa hari H pun tiba. 1 hari sebelum hari H, kami semua udah stand by di lokasi. Begitu juga dengan Tyo, dkk. Mereka juga udah nyampek, soalnya mereka juga menjadi koordinator bagi para ANTIS yang akan datang nanti.
Tepat pukul 8.00 WIB, peserta mulai berdatangan, dari seluruh kalangan, dari seluruh nusantara. Banyak banget yang datang. 200 lebih. Sontak kami semua kaget, gak nyangka peserta akan sebanyak ini. Tapi, seneng juga, soalnya kalau banyak peserta maka hikmah dari acara ini nanti akan dapat mengenang dibanyak orang.
Di hari pertama, diisi dengan perkenalan dari panitia dan koordinator, yaItu dari Wariors dan Hooks. Di kesempatan yang sangat sempit ini, kami semua berusaha seprofessional mungkin. untuk menjadi teman, bukan musuh. Kami semua bekerja bersama, tak ada pertengkaran seperti bisanya. Kami juga menyembunyikan sebuah rahasia besar. Yaitu identitas para peserta out bond. Ini MISI PERTAMA, penyembunyian identitas. Kalau mereka semua pada tau kalau yang berada disisi mereka adalah ANTIS dan SB bakal jadi perang dunia beneran.
Hari-hari berikutnya, diisi dengan kegiatan-kegiatan menyenangkan, seperti maen, ngadain lomba, naek perahu di danau, dan lain sebagainya. Ini pelaksanaan dari MISI KEDUA, membuat suasana seenjoy mungkin agar mereka semua (para peserta maksudnya) bisa enjoy satu sama lain dan mengenal. Tanpa mereka tahu, lawan bicara mereka adalah ANTIS dan SB.
MISI KETIGA, finalnya, kami akan menyadarkan semua ANTIS dan SB. Tentang keberadaan SM*SH sebenarnya. Maksudnya, peran SM*SH di nusantra ini.
“Kita bergantung banget sama loe Dho.”, kata Vika.
“Ia Dho. Gua harap, loe beneran bisa yakinin mereka. Beritau tentang kebenarannya. Gua harap loe bisa Dho”, kata Laras.
“Ia,..kalian tenang aja. Gua yakin bisa kok. Gua kan udah belajar tentang psikologi. Jadi, gua pasti bisa yakinin mereka semua. Termasuk loe pada.”, jelas Ridho.
Setelah pembicaraan singkat itu, kita semua menyebar, bersosialisasi dengan peserta yang lain. Sedangkan gua memilih duduk di bawah pohon yang cukup gedhe ditemani oleh api unggun.
“Hai..minum..?”, tanya seorang cowok yang hampirin gua dan menyodorkan segelas kopi ke gua.
“o..Tyo. Ia. Thanks ia.”, jawab gua sambil mengambil sodoran gelasnya.
Tyo langsung duduk di samping gua. “Kayaknya loe akan berhasil.”
“Emh..Ia. Insya Allah kita semua akan berhasil. Gua gak akan bisa tanpa bantuan loe juga kan..?”, tanya gua santai.
“Guakan Cuma bantu sedikit. Dalangnya loe.”
“Hahaha. Kebanyakan muji loe dari kemarin. Tapi, gua seneng juga deh. Dengan acara sesimple ini. Kita semua bisa baikan. Gua udah gak benci sama loe. Sama ANTIS gua juga uda gak benci lagi. Gua baru ngerti sekarang.”. Gua menghentikan biacara gua, menarik nafas dalam dan memandang bintang-bintang yang menyelimutiku.
“Kalau ANTIS sama SB itu Cuma status.”, kata gua sama Tyo bebarengan. Sontak kami berdua saling memandang sebentar dan langsung ketawa ngakak.
“Gua mau ngomong sesuatu sama loe.”,kata Tyo memecah tawa kami,
“Ngomong apa..?”, tanya gua masih ketawa-tawa kecil.
“Gua suka sama loe.”
“Apa..?!”, Gua kaget, gua langsung lihat Tyo yang dari tadi mandang gua serius. “Hahaha. Bercanda loe ah.”, lanjut gua memukul bahu Tyo pelan, berusaha mencairkan suasana.
“Enggak Zi. Gua serius. Gua udah suka sama loe sejak dulu. Sejak kita masih sering berantem gara-gara kita ANTIS sama SB. Gua baru nyadar kalau gua suka sama loe. Kalau enggak ada loe, sepi Zi. Hidup gua rasanya ada yang kurang. Gua .... Gua.....Gua beneran suka sama loe.”, jelas Tyo panjang lebar dan terus natap mata gua daleeemmm banget.
Gua Cuma nganga, mata gua gak berhenti melotot, gak berkedip dan gua Cuma mematung. Gak ada gerakan. “Loe mau gak jadi cewek gua..?”, tanya Tyo lagi.
Sontak raut wajah gua berubah, lebih bingung dan lebih jelek dari tadi. Dahi gua berkerut, mulut gua lebih menganga, dan mata gua lebih lebar lagi. “Ha..? Loe bercanda,, Bentar. Bukan karena itu, loe bisa anggep loe suka sama gua. Mungkin loe salah penafsiran tentang perasaan loe sendiri.”, jawab gua,
“Enggak Zi. Gua tau ini benar. Gua bener-bener yakin gua suka sama loe. Apalagi setelah acara ini, hari-hari terakhir ini gua semakin deket sama loe, kita semakin ngeklop. Gua semakin yakin gua beneran suka sama loe. Loe mau gak jadi cewek gua..?”, tanya Tyo lagi dan lagi.
Gua hanya menundukkan kepala gua aja. ‘gila ni anak. Gimana bisa dia suka sama gua. Gua gak ada rasa apa-apa ke dia. Gimana gua harus jawab Tyo ya.’ Kata gua dalam hati.
Tyo mulai meraih tangan gua yang masih menggenggam gelas. Dia ngambil gelas itu dan menaruhnya disamping kita berdua dan mulai menggenggam erat tangan gua. “Gimana Zi..?”, tanya Tyo lagi.
“Gua..gua..emh..gua...”, jawab gua gagap. ‘gua harus ngomong yang sejujurnya ke dia. Tapi, gimana caranya.’, batin gua.
“Zahra...!! Loe pacaran sama Tyo..?!!” tiba-tiba suara Ridho membuat ketegangan semakin tegang. Ridho yang melihat gua pegangan tangan sama Tyo Cuma berdecak gak percaya, dan berjalan pergi.
“Gua harus pergi Yo. Maaf.”, gua langsung balik badan dan lari mengejar Ridho. Lama gua berlari ngejar Ridho yang jalanya cepet banget, dan akhirnya gua berhasil juga raih tangannya. Gua langsung balikin badan Ridho, mencengkram bahunya, dan menatap matanya lekat. “Dengerin gua dulu Dho.. Gua gak pacaran sama Tyo.”, kata gua ngos-ngosan kelelahan ngejar Ridho.
“Oya..? Trus tadi apa..? Gua gak buta Zi. Gua lihat dan denger semua. Gua pergi karena gua gak mau ganggu kalian berdua.”, jelas Ridho sewot.
“Kok loe jadi marah sih..? Loe gak pernah semarah ini lho ke gua.”
“Loe mau tau kenapa gua marah..? ha..?”, tanya Ridho dengan suara meninggi. Gua hanya mengangguk aja dan masih melihat dia seksama.
“Gua suka sama loe Zi.!! Gua cemburu lihat loe. Dulu loe sama Rendi, dan sekarang sama Tyo. Gua cemburu Zi.”, kata Ridho membentak.
Ekspresi gua langsung sama ketika Tyo nembak gua. Bingung. “Loe bo.ong..”
“Sayangnya gua gak bohong Zi. Gua beneran suka sama loe sejak kelas 2 dulu.”, jelas Ridho masih dengan suara meninggi. Gua melepaskan tangan gua yang masih mencengkram bahunya. Dan tertunduk lemas. Tiba-tiba terdengar suara kaki-kaki berlari ke arah gua, lalu berkata, “Loe suka sama Zahra..?!!”, kata Tyo dan Rendi di belakang.
“Loe juga suka sama Zahra..?!”, kata Tyo dan Rendi lagi, bareng, dan saling melihat.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah gua berhasil menghindar dari mereka betiga, dengan alasan gua sakit perut, gua lega juga, tapi tetep bingung. Icha yang lihat gua berubah, dengan wajah kusut, dan tak bertenaga menghampiri gua.
“Loe kenapa Zi..?”, tanya Icha
“Gua bingung Cha. Masak dalam sejam terakhir ada 3 cowok yang bilang suka sama gua.”, jawab gua.
“Ha...? 3 cowok..? Siapa..?”
“Rendi, Ridho, dan Tyo.”, jawab gua singkat. Lemas.
“Ridho...? Tyo...? Kok bisa..?”
“Ya, gua gak tau. Kata Ridho, dia uda suka sama gua sejak kelas 2 lalu. Trus Tyo, dia suka sama gua akhir-akhir ini, ketika kami berdua sering berantem cuma karena SM*SH. Terus dia juga bilang tanpa gua hidupnya ada yang kurang. Alay tau gak..”
“Trus loe milih siapa..? Rendi..?”
“Enggak lah. Gua itu gak suka sama Rendi. Meski keliatannya gua ngarep sama dia, tapi gua cuma anggep dia sahabat aja. Dia lelet sih, gak nembak gua dari dulu. Jadi, perasaan gua sama dia udah luntur. Trus gua gak milih siapa-siapa. Tapi, gua belum bilang ke mereka semua.”
“Kalau gitu loe harus cepetan ngomong ke mereka.”
“Ngomongnya gimana.? Gua pengen ngomong sama mereka sejak tadi, tapi gua bingung ngomongnya. Apalagi kalau gua nolak Ridho, gua takut kalau acara ini nanti gak akan berhasil.”
“Trus..?”
“Gua bilang gua akan jawab saat tengah malem nanti.”
“Mereka mau..?”
“Pertama Tyo sama Rendi gak mau, tapi akhirnya mau juga. Kalau Ridho sih, dia gak mau mikirin. Loe taukan dia. Kapanpun, asalkan ada jawaban.”
“Loe harus kuat Zi. Loe harus teges sama mereka.”
“Ia Cha. Gu atau kok. Thanks ya. You are my best friend. Hahahaha”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Tepat jam 8 malaem, acara utama akan dimulai. Semua peserta dan panitia di kumpulkan di sebuah padang rumput nan luas banget. Kita disana di suruh duduk. Ridho yang menjadi kunci acara ini udah berada di depan dengan membawa microphone. Disana ia mulai berbicara.
“Malam ini, kami para panitia ingin mengungkap sebuah kebenaran ke kalian semua. Sebenarnya yang berada di sekeliling kalian ini adalah...ehm..bisa dikatakan kalau..emh mereka, orang yang berada disamping kanan kiri kalian adalah your enemy. Mereka adalah..Para ANTIS dan SB.”
Sontak, suasana yang sepi langsung berubah menjadi sangat ramai. Caci maki, protes, langsung menghiasai suasana malam yang indah kali ini.
“Kami harap kalian semua tenang dulu. Disini, di acara ini kami hanya ingin melaksanakan sebuah misi penting. Yaitu membuat kalian semua tidak saling bertengkar dan tidak membenci SMASH. Seharusnya kalian tahu kalau SB dan ANTIS hanya sebuah status.”
“Kenapa gak benci sama SMASH.?? Mereka itu banci semua, mereka gak ada guna..!!”, teriak seorang peserta dari komunitas ANTIS di tengah lapangan.
“Tolong..tolong diamlah dulu.”, kata Ridho menengahi.
Riko yang tidak ngeehhh dengan pemandangan pertengkaran ini tidak bisa tinggal diam. Dia segera maju ke depan peserta dan langsung mengambil microphone yang dipegang oleh Ridho, dan langsung berteriak, “Hei..!! semua diam..!! Kami akan menjelaskan semuanya. Tolong DIAM SEMUA.!!!”
Berhasil. Dengan teriakan kencang dari Riko, semua peserta akhirnya terdiam. Mereka kembali duduk di tempatnya. Meski dengan suasana hati yang awut-awutan banget. Riko menyerahkan kembali microphone ke Ridho dan menyarankan Ridho agar lebih tegas kepada semua peserta.
“Pertama, kami para panitia ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya. Kami tahu kami salah karena telah membohongi kalian. Tapi itu semua ada alasannya.”
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Ridho menyuruh panitia yang lain untuk masuk kedalam kerumunan peserta yang lain untuk mengikuti puncak acara ini. Panitia yang lain segera mengambil posisi ditengah-tengah peserta yang lain. Gua kali ini di apit oleh dua cowok yang katanya suka sama gua. Tentu aja, Tyo sama Rendi. Gua pengen ngelak dari mereka, tapi gak bisa. Huh..apes deh. Setelah panitia yang lain sudah ditengah peserta Ridho kembali melanjutkan “pidato”nya
“Gua gak mau basa-basi ya. Gua paling gak bisa kalau di suruh basa-basi. Jadi gua langsung to the point ja. Kalian semua pasti taukan boyband SMASH.? Coba kalian rasakan kalau kalian menjadi mereka, menjadi seorang musisi, tapi karya-karyanya dicaci maki. Pasti sakitkan.? Itu yang dirasakan sama SMASH. Mereka sakit jika karyanya di caci maki, bahkan ada yang membenci mereka, tanpa mereka sadari kesalahan yang mereka perbuat. Ada peribahasa, Anjing menggonggong, kafilah berlalu..”
“Kami para ANTIS bukan anjing..!!!”, teriak salah satu peserta lagi.
“Kami tau kalian bukan anjing. Tidak ada seekor anjing pun disini. Kita semua adalah manusia. Itu Cuma peribahasa. Tolong... Genggamlah tangan disamping kiri dan kanan loe. Genggam tangan mereka selayaknya seorang sahabat sejati. Lalu berbaringlah di rumput segar itu. Dan tutuplah mata kalian.”
Tanpa diperintah lagi, semua peserta segera melakukan apa yang disuruh oleh Ridho. Meski awalanya ada yang gak sudi untuk menggenggam tangan disampingnya, tapi akhirnya digenggam juga. Begitu juga sama gua, meski awalanya gak mau genggam tangan Tyo sama Rendi, tapi akhirnya mau juga.
“Rasakan hembusan angin yang menerpa rambut dan muka kalian, menggelitiki kulit kalian, dan membelai lembut tangan kalian. Dengar suara malam yang sangat hening dan nyaman, suara hewan-hewan malam, bahkan suara makhluk lain, bagi yang bisa mendengar. Hehehe. Bercanda.”
“Bukalah mata kalian perlahan. Lalu lihatlah bulan purnama dan bintang-bintang kecil nan indah dan bersinar terang itu. Indahkan.?? Bayangkan kalau bintang-bintang itu adalah kalian. ANTIS dan SB. Lalu bayangkan kalau bulan purnama itu adalah SMASH.”
“Jika kalian, ANTIS dan SB terus menerus bertengkar, maka kalian akan pecah, tercerai berai tak karuan, dan akan berpisah. Begitu juga dengan bintang-bintang indah itu juga kan tercerai berai, mereka akan berpisah. Anggaplah sekarang bintang yang ada hanya tinggal sebagian. Itu adalah SB yang selalu mengikuti SMASH. Lalu, seperti yang biasa kalian lakukan, para ANTIS dan SB, tidak hanya diam begitu saja melihat SMASH masih berjaya, bersinar terang seperti bulan itu. Para ANTIS akan melakukan penjajahan pelan-pelan dengan memberi ancaman ke SB, mungkin seperti fakta yang sudah beredar, ANTIS akan memberi tantangan kepada SB untuk membuat, seumpama FP SMASH minim dilike oleh 3000 orang dalam 3 hari, kalau tidak bisa maka SB itu harus menjadi ANTIS. Sebenarnya dari sini, bukan ANTIS saja yang salah, karena memulai pertempuran, Tapi SB lebih salah lagi. Mereka bodoh mau menerima tantangan murahan seperti itu. Tantangan seperti itu harusnya dicuekin dan gak dipeduliin. Tapi, SB telah menjadi bodoh karena terlalu memuja-muja SMASH hingga mau menerima tantangan seperti itu. Sadarlah kalian jika kalian ini adalah sebuah kesatuan yang harus bersatu. Tidak membuat pertengkaran seperti ini. Tidak seharusnya kalian berantem hanya karena sebuah Boy band. Ingatlah sebelum ada SMASH, hidup kalian nyaman dan terasa santai dengan berteman dengan siapa saja. Tanpa memperdulikan orang itu ANTIS atau SB. Kalian tidaklah berbeda. Kalian masyarakat Indonesia. Kalian satu..!! Kalian sejati..!! Kalian adalah teman sejati yang bersatu untuk selamanya..!! Dan tak akan pernah bertengkar hanya karena masalah seperti ini. Jujur menurut gua, SB itu seharusnya biasa aja kalau ngefans sama SMASH, mereka jangan terlalu fanatik dan lebay kalau ngefans. Soalnya dengan terlalu fanatik dan lebay bukan Member SMASH aja yang gak suka, tapi, ANTIS lebih gak suka lagi, karena kalian lebay. Trus ANTIS juga seharusnya gak membenci SMASH, kayak yang gua katain awal tadi, mereka gak bersalah apapun sehingga harus dibenci.”
Salah satu peserta berdiri dari tempat pembaringannya, lalu “Loe bener, gua akauin kalau gua jadi SMASH, gua juga sakit hati kalau karya-karya gua dicaci maki. Gua salah satu ANTIS, di depan kalian semua, gua nyatain kalau gua gak menjadi ANTIS lagi, dan juga bukan SB. Tapi, gua netral.”
Ucapan dari seorang peserta dari komunitas ANTIS itu menyadarkan semuanya, semua peserta langsung berdiri dan saling bertepuk tangan, dan bersalaman. Tanda damai. Akhirnya gak ada pertengkaran antara ANTIS sama SB lagi.
“Kayaknya Ridho berhasil.”, kata gua lirih.
“Loe bener. Ridho berhasil Zi.”, jawab Tyo.
Gua Cuma tersenyum mendengar jawaban dari Tyo. Lalu kembali menoleh ke atas melihat keindahan langit yang luar biasa indah. Tapi, tiba-tiba, gua ngerasa pipi gua menjadi basah. Kedua pipi gua. Pipi kanan sama kiri, basah.?? Kenapa..? Ternyata Tyo sama Rendi nyium pipi gua. What...?!! Gua yang bingung Cuma terbangun dari lamunan gua dan melihat Tyo dan Rendi bergantian.
“Kok...? Kalian..?”, tanya gua terbata-bata.
“Kita udah sadar kok Zi. Bukan soal ANTIS sama SB ini. Tapi, soal perasaan loe ke kita berdua.”, jawab Rendi mengawali
“Maksud loe..?”
“Kita tau kalau loe gak akan memilih siapapun antara kita bertiga, Kita denger pembicaraan loe sama Icha tadi. Ridho juga tau. Tapi, kayaknya dia bener-bener terpukul. Mungkin habis ini loe bisa jelasin ke dia, dan nenangin dia.”
“Jadi...? Kalian..? gak marahkan sama gua kalau gua gak milih siapapun..?”
“Ya enggaklah. Kita hargain jawaban dari loe.”
“hemh...makasih ya.. Gua sayang sama kalian berdua. Tapi, sebagai temen lho. As my best friend, ever ever ever and ever...Muuuacch...”, kata gua lalu bergantian nyium pipi Tyo sama Rendi.
Setelah semua itu, acara dilanjutkan dengan have fun lagi. SMASH datang di base camp kami, dan mengisi acara sebagai penutupan. Tak ada caci maki dari ANTIS, atau teriakan-teriakan histeris dari SB. Mereka semua berlagak seperti fans biasa, tidak mencaci maki dan tidak terlalu fanatik. Bagus deh kalau gitu. Gua harap itu yang diharapin semua orang termasuk Member SMASH.
Di kesempatan itu gua manfaatin buat deketin Ridho dan menjelaskan semuanya. Emang bener apa yang dikatain Tyo sama Rendi tadi. Ridho emang terpukul banget deh. Tapi, gimana lagi coba, masak aku nrima dia Cuma gara-gara kasian. Ya enggaklah. Malah kasian Ridhonya nanti. Iya gak..? Iya gak..? Lama gua jelasin semuanya ke Ridho, sampek kemana pun Ridho pergi, gua terpaksa ikutin, soalnya gua gak mau marahan sama salah satu sahabat terbaik gua ini.
“Dho, please..loe jangan mutung gini donk. Gua gak enak nih sama loe.”, kata gua sambil terus berjalan di belakang Ridho.
“Gua gak marah Zi. Udah deh. Loe gak usah ikutin gua terus..”
“Gak bisa Dho. Gua udah 3 tahun sma loe. Kuliah pun kita sama di Malang. Jadi, gua tau bener siapa loe, dan gimana loe sebenernya. Dho...please....” Gua terus menerus merengek minta maaf ke Ridho, tapi Ridho malah nyuekin gua. Huh...!!! Nasib gua..!!
“Dho...!!! Berhenti napa.. Gua capek ngikutin loe terus. Berhenti Dho..!!”
“Enggak. Gua lagi banyak urusan. Kalau loe capek ya loe gak usah ngikutin gua. Sapa juga yang nyuruh..”
‘hih....Ridho... Kalau gua gak kenal loe, gua udah nonjok loe dari tadi. Nguji kesabaran gua loe Dho. Sial...!!!’
Gua memepercepat langkah gua dan berhenti tepat di depan Ridho. Nyegah dia jalan lagi.
“Loe apa-apaan sih. Pergi sana. Gua mau lewat.”, kata Ridho langsung mengangkat kakinya ke samping kanan gua, mau jalan. Tapi gua langsung cekatan halangin jalan dia lagi dengan melentangkan kedua tangan gua, “Gak bisa..!!”
“OK, mau loe apa..?”, tanya Ridho akhirnya.
“Gua mau loe maafin gua. Gak enak Dho kalau sahabat sendiri marah sama sahabatnya.”, kata gua memohon.
“Maafin karena apa..? Karena loe nolak gua..? Gitu..?”
Gua hanya menjawab dengan anggukan kepala aja. “Halah.... udahlah Zi. Gua ngerti. Perasaan loe sama gua tu gak ada. Gua ngerti dan gua gak bisa maksa kan. Jadi, buat apa gua marah. Gua gak marah.”
“Tapi, nada bicara loe itu lo Dho. Sama tingkah laku loe ke gua langsung berubah. Drastis..!! 100%..!! 360¬¬¬0 loe berubah banget. Loe kasar ke gua. Ya gua ngrasa kalau loe marah sama gualah..”, kata gua langsung menundukkan kepala.
Ridho langsung melihat gua, kayaknya tu anak ngrasa salah juga. Dia ngangkat dagu gua pakek satu tangannya dan natap gua dalemmmm banget. “Gua gak marah sama loe Zi. Gua beneran gak marah sama loe. Gua hargain keputusan loe meski itu bukan yang gua harapin. Meski itu bikin hati gua sakit banget, tapi gua hargain itu.”, kata Ridho dengan nada suara lembut selemut kapas.
“Beneran loe gak marah sama gua.?”, tanya gua sambil menggigit sebagian bibir gua.
“Ya, enggaklah Nyet. Gila.. gua marah sama orang yang gua sayang.”, jawab Ridho lalu tiba-tiba njitak kepala gua.
“Hih...sakit tahu..!!”, kata gua sambil ngelus-ngelus kepala gua yang dijitak sama Ridho.
“Ah..manja loe Nyet..!!”
“Nyat-nyet-nyat-nyet, gua bukan monyet..!! O..gentong..!!”
“Ah... terserah loe aja deh...”, jawab Ridho cuek, lalu membalikkan badannya. Gaya orang mutung. Alias ngambek.
Ngelihat Ridho gitu, lucu juga ya. Tu anak, udah badan gedhe, ditambah gitu lagi. Hahaha, lucu. Gua langsung meloncat di punggung Ridho, memeluk lehernya dengan tangan gua, lalu gantian menjitakinya. Hahaha, bukannya marah, tapi Ridho malah ketawa dan terus terusan memutar-mutar badannya agar gua jatuh. Tapi tentu aja gak bisa, soalnya gua malah semakin mempererat lilitan tangan gua ke lehernya. Hahaha, syukur deh. Everything is happy ending. Misi selesai, bisa ketemu SMASH, danjuga gak marahan sama sohib. Seneng deh gua. Thanks God..!! I LOVE YOU.!!


THE END

0 comment:

Post a Comment

 
© 2009 - ♣ cappuccino time ♣ | Free Blogger Template designed by Choen

Home | Top

Sumber: http://jalur-berita.blogspot.com/2012/01/cara-mengubah-newer-postolder-post.html#ixzz2Tp9qPzhW